Sudah 100 Hektare Lahan Terbakar di Meranti, Hingga Kini Api Belum Bisa Dikendalikan, Kendalanya...

id sudah 100, hektare lahan, terbakar di, meranti hingga, kini api, belum bisa, dikendalikan kendalanya

Sudah 100 Hektare Lahan Terbakar di Meranti, Hingga Kini Api Belum Bisa Dikendalikan, Kendalanya...

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Tim gabungan hingga kini masih kesulitan untuk memadamkan kebakaran lahan gambut di daerah pesisir Provinsi Riau, tepatnya di Kabupaten Kepulauan Meranti, yang sudah terjadi sejak tanggal 9 Februari lalu dan sudah membakar sekitar 100 hektare lahan.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Meranti yang diterima Antara di Pekanbaru, Selasa, lokasi kebakaran tepatnya berada di Desa Lukun Kecamatan Tebing Tinggi Timur. Tim gabungan mendapat kesulitan cukup berat karena angin berhembus kencang, karakteristik lanah gambut bdi kebun sagu, semak dan hutan yang mudah terbakar dan sulit dipadamkan, serta luasnya areal yang terbakar sehingga sulit dijangkau, serta kurangnya faslitas berupa selang (firehose) untuk menjangkau titik api.

Padahal, jumlah petugas dari tim gabungan yang berusaha memadamkan kebakaran lahan sudah cukup banyak. Jumlah kekuatan personel terdari dari 25 orang dari BPBD Meranti, enam orang dari Polsek Tebing Tinggi, lima orang TNI, tiga orang dari kcamatan setempat, 60 orang dari perangkat desa, Masyarakat Perduli Api dan warga Desa Lukun, 30 orang karyawan dari kilang sagu dan 28 orang personel tim pemadam kebakaran dari perusahaan PT National Sago Prima (NSP).

Hingga kini api belum bisa dikendalikan. Sementara itu, penyebab kebakaran masih dalam proses penyelidikan Polsek Tebing Tinggi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger, meminta agar semua pihak fokus dalam penanggulangan kebakaran lahan dan hutan agar tidak meluas. "Kita bersama berjuang selama ini untuk mencegah bencana asap," katanya.

Sementara itu, Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sukisno mengatakan, sebagian besar wilayah Riau sangat mudah terbakar ditinjau dari analisa parameter cuaca. Meski begitu, pada Selasa pagi satelit tidak mendeteksi adanya titik panas (hotspot) di Riau. Hal ini kerap terjadi karena api pada kebakaran lahan gambut kerap tersembunyi jauh dipermukaan tanah.

Deputi IV Badan Restorasi Gambut (BRG) Haris Gunawan menambahkan, hasil pemantauan BRG pada stasiun Desa Lukun menunjukan bahwa tinggi air menurun drastis hingga -0,53 meter pada permukaan lahan gambut dilokasi kebakaran. Curah hujan sama sekali tidak ada, dan kelembaban lahan mencapai 38,21 persen. ***4***

(T.F012)