Pekanbaru (Antarariau.com) - Badan Pusat Statistik Provinsi Riau menyatakan kelompok bahan makanan seperti cabai keriting, daging ayam ras, daging sapi, ikan serai dan sebagai menjadi pemicu terjadinya inflasi setempat sebesar 0,24 persen pada Agustus 2017.
"Pada bulan Agustus 2017 Provinsi Riau mengalami inflasi sebesar 0,24 persen dengan lndeks Harga Konsumen (IHK) 131,59," kata Kepala BPS Riau S Aden Gultom di Pekanbaru, Senin.
S Aden menjelaskan dari tiga kota di Provinsi Riau, semua mengalami lnflasi, misalkan Tembilahan sebesar 0,80 persen, Pekanbaru 0,20 persen, dan Dumai sebesar 0,14 persen.
Dengan demikian Inflasi Tahun Kalender Provinsi Riau (Januari - Agustus 2017) tercatat sebesar 2,76 persen, dan inflasi Year on Year (Agustus 2017 terhadap Agustus 2016) sebesar 5,68 persen.
Menurut dia Inflasi Riau bulan Agustus 2017 terjadi karena adanya kenaikan harga pada enam kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,78 persen. Diikuti keIompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,61 persen. kelompok sandang sebesar 0,43 persen. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,24 persen. Kelompok perumahan, air, Iistrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,13 persen, dan kelompok kesehatan sebesar 0,08 persen.
"Sedangkan kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,61 persen, ini karena adanya perayaan Idul Adha pada 1 September kemaren," tuturnya.
Lebih jauh ia menilai dalam pembentukan besaran inflasi di Riau ada beberapa komoditas yang ambil andil yakni cabai merah, daging ayam ras, tarif pulsa ponsel, daging sapi, biaya sekolah menengah pertama, rokok kretek, dan lain-lain.
Untuk kelompok makanan dalam pembentukan inflasi dari sebelas subkelompok empat diantaranya mengalami inflasi dengan nilai tertinggi terjadi pada bumbu-bumbuan sebesar 6,00 persen. Diikuti daging dan hasil-hasilnya sebesar 3,57 persen. Kemudian ikan segar sebesar 0,76 persen dan telur, susu dan hasil-hasilnya sebesar 0,60 persen.
Sedangkan tujuh subkelompok mengalami deflasi sayur-sayuran sebesar 3,47 persen, Iemak dan minyak sebesar 2,30 persen, buah-buahan sebesar 1,21 persen kacang-kacangan sebesar 1,03 persen, padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya sebesar 0,23 persen dan sebagainya.
"Sementara itu komoditas yang menahan inflasi (deflasi) antara lain angkutan udara, minyak goreng, bawang merah, buncis, angkutan antar kota, jeruk, dan lain-Iain," tuturnya.
Ia menambahkan dari 23 kota di Sumatera yang menghitung IHK, 15 kota mengalami inflasi, dengan Inflasi tertinggi terjadi di Kota Lhokseumawe sebesar 1,09 persen, diikuti oleh Medan sebesar 1,06 persen dan Sibolga sebesar 1,01 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Batam sebesar 0,01 persen.
Deflasi terjadi di delapan kota, dengan deflasi tertinggi di kota Pangkal Pinang sebesar 0,78 persen.