Pekanbaru (Antarariau.com) - Badan Pusat Statistik menyatakan selama Januari-Desember 2016 tingkat inflasi di Provinsi Riau relatif masih terkendali, yakni sebesar 4,04 persen.
"Terkendalinya inflasi di Riau selama setahun tersebut antara lain lebih akibat arus perdagangan dan harga barang-barang kebutuhan pokok di daerah ini masih terkendali dengan baik," kata Kepala BPS Riau Aden Gultom di Pekanbaru, Selasa.
Pemerintah Indonesia pada 2016 menargetkan tingkat inflasi mencapai 4 persen plus minus satu persen. Artinya, Riau masih dalam ambang batas yang ditetapkan.
BPS menghitung tingkat inflasi Riau dengan menggabungkan inflasi yang terjadi di Kota Pekanbaru, Dumai dan Tembilahan (Kabupaten Indragiri Hilir). Menurut Aden Gultom, inflasi yang terkendali di Riau tersebut menggambarkan terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 123,08 pada Desember 2015 menjadi 128,05 pada Desember 2016.
Ia mengatakan, Kota Pekanbaru mengalami inflasi sebesar 4,19 persen atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 122,80 pada Desember 2015 menjadi 127,95 pada Desember 2016.
Untuk Kota Dumai mengalami inflasi sebesar 3,98 persen atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 122,75 pada Desember 2015 menjadi 127,63 pada Desember 2016, dan Kota Tembilahan mengalami inflasi sebesar 2,58 persen atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 126,62 pada Desember 2015 menjadi 129,89 pada Desember 2016.
"Besarnya sumbangan atau andil inflasi selama tahun 2016 di Provinsi Riau menurut kelompok pengeluaran terdiri atas kelompok bahan makanan memberikan andil inflasi sebesar 2,25 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,26 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga masing-masing sebesar 0,25 persen, kelompok sandang sebesar 0,13 persen, dan kelompok kesehatan sebesar 0,07 persen," katanya.
Sedangkan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbang deflasi sebesar 0, 17 persen.
Ia menyebutkan, komoditas yang memberikan andil terjadinya inflasi di Provinsi Riau selama tahun 2016 adalah cabai merah dengan andil sebesar 1,05 persen, bawang merah sebesar 0,16 persen, tarif pulsa ponsel dan nasi dengan lauk masing-masing sebesar 0,15 persen, rokok kretek filter sebesar 0,14 persen, daging ayam ras sebesar 0,14 persen, dan lain sebagainya.
Selain itu, sumbangan atau andil inflasi di Kota Pekanbaru selama tahun 2016 menurut kelompok pengeluaran antara lain kelompok bahan makanan memberikan andil inflasi sebesar 2,35 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,30 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,31 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,22 persen dan kelompok sandang sebesar 0,11 persen, dan kelompok kesehatan sebesar 0,05 persen.
Sedangkan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbang deflasi sebesar 0,16 persen.
Ia merinci komoditas yang memberikan andil terjadinya inflasi di Kota Pekanbaru selama tahun 2016 adalah cabai merah dengan andil sebesar 1,27 persen, nasi dengan lauk sebesar 0,19 persen, tarif pulsa ponsel dan bawang merah masing-masing sebesar 0,16 persen, ketupat/lontong sayur sebesar 0,14 persen, kontrak rumah sebesar 0,13 persen daging ayam ras sebesar 0,12 persen, dan lain sebagainya.
Sumbangan atau andil inflasi di Kota Dumai selama tahun 2016 menurut kelompok pengeluaran antara lain kelompok bahan makanan memberikan andil inflasi sebesar 2,08 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,38 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,40 persen kelompok sandang dan kelompok kesehatan masing-masing sebesar 0,10 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,04 persen. Sedangkan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbang deflasi sebesar 0,12 persen.
Komoditas yang memberikan andil terjadinya inflasi di Kota Dumai selama tahun 2016 adalah rokok kretek filter dengan andil sebesar 0,66 persen, beras sebesar 0,26 persen, cabai merah dan rokok kretek masing-masing sebesar 0,20 persen, tukang bukan mandor dan tarif pulsa ponsel masing-masing sebesar 0,15 persen, daging ayam ras sebesar 0,14 persen, ikan tongkol, bawang merah, dan kentang masing -masing sebesar 0,12 persen, udang basah, tarif listrik, dan bawang putih masing-masing sebesar 0,11 persen, dan lain sebagainya.
Sumbangan atau andil inflasi di Kota Tembilahan selama tahun 2016 menurut kelompok pengeluaran antara lain kelompok bahan makanan memberikan andil inflasi sebesar 1,69 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,65 persen, kelompok sandang sebesar 0,25 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,12 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,10 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,02 persen. Sedangkan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbang deflasi sebesar 0,24 persen.
Komoditas yang memberikan andil terjadinya inflasi di Kota Tembilahan selama tahun 2016 adalah cabai merah dengan andil sebesar 0,33 persen, bawang merah sebesar 0,29 persen, rokok kretek sebesar 0,19 persen, daging ayam ras sebesar 0,17 persen, emas perhiasan dan beras masing-masing sebesar 0,16 persen, minyak goreng dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,13 persen, bawang putih masing-masing sebesar 0,11 persen sebesar 0,12 persen, jeruk sebesar 0,10 persen, dan lain sebagainya.