Moskow (ANTARA) - Upaya perdamaian antara Israel dan Hamas kembali menemui jalan buntu. Sesi pertama negosiasi tidak langsung yang digelar di Qatar dikabarkan berakhir tanpa kemajuan berarti.
Mengutip sejumlah pejabat Palestina, Reuters melaporkan bahwa delegasi Israel datang tanpa membawa kewenangan penuh untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas. Hal ini membuat proses perundingan terhambat sejak awal.
Baca juga: Hamas Setuju Gencatan Senjata 60 Hari, Harapan Damai di Gaza Muncul
Jurnalis senior Barak Ravid dari Axios menyebut pertemuan awal itu baru sebatas membahas mekanisme pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza—belum menyentuh isu-isu krusial seperti gencatan senjata atau pertukaran sandera.
Negosiasi ini berlangsung dalam format proximity talks, di mana kedua pihak tidak duduk dalam satu ruangan. Pada Sabtu lalu, media Israel Ynet melaporkan bahwa delegasi Tel Aviv telah dikirim ke Qatar guna membuka jalur dialog dengan perantara internasional.
Sebelumnya, Hamas telah menyampaikan respons positif terhadap usulan gencatan senjata selama 60 hari. Mereka juga menyatakan kesediaan untuk kembali ke meja perundingan demi membebaskan para sandera dan meringankan penderitaan warga Gaza.
Baca juga: Hamas telah serahkan proposal perjanjian damai kepada mediator
Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty pada 29 Juni lalu mengungkapkan bahwa Mesir, bersama mediator lain, tengah mengupayakan terobosan agar kesepakatan gencatan senjata segera terwujud.
Namun, dengan minimnya mandat dari pihak Israel, proses ini kini tampak terancam jalan di tempat—menambah panjang deretan kebuntuan diplomatik yang membayangi konflik berkepanjangan di Gaza.