Kualitas Guru Bahasa Indonesia Alami Degradasi

id kualitas guru, bahasa indonesia, alami degradasi

Pekanbaru, 3/5 (ANTARA) - Widyaiswara menilai dalam beberapa tahun terakhir kualitas guru pada mata pelajaran Bahasa Indonesia mengalami degradasi, yang ditunjukkan dengan redahnya nilai bahasa ibu yang diikutkan dalam ujian nasioanl (UN). "Sebagai widyaiswara kita merasa sedih karena para guru yang mengajarkan bahasa ibu terus mengalami degradasi kualitas dan bisa dilihat dari hasil UN 2010," ujar Widyaiswara Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Riau Spesialis Bahasa Indonesia, Drs H Agus Halim, MPd di Pekanbaru, Senin.

Padahal, lanjutnya, mata pelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa pertama dan pertama kali diperkenalkan seakan telah menjadi momok, karena terbukti sebagian besar siswa yang mengikuti UN tidak lulus mata pelajaran bahasa asli itu.

Hasil UN 2010 menunjukkan nilai Bahasa Indonesia para siswa pada berbagai sekolah mulai dari SMA, SMK atau Mandrasah Aliyah jeblok dibanding mata pelajaran lain, termasuk mata pelajaran bahasa asing dan terjadi pada hampir seluruh provinsi di Indonesia.

Seperti di Sumatera Utara, Dinas Pendidikan setempat menyatakan hasil UN tahun 2010 menyebutkan nilai rata-rata Bahasa Indonesia yang diraih siswa peserta tingkat SMA jurusan Bahasa rata-rata 5,22, sedangkan mata pelajaran Bahasa Inggris mendapat nilai rata-rata 7,74, Bahasa Asing 7,58, Antropologi 6,21 dan Matematika 7,20.

Untuk Riau sendiri, dinas provinsi setempat masih "menutupi" data penurunan nilai Bahasa Indonesia kepada wartawan. Namun data Dinas Pendidikan dan Olahraga Kampar, Riau menyatakan sedikitnya terdapat 22 orang siswa SMA sederajat di kabupaten itu yang harus mengulang mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Menurut Agus, sedikitnya ada tiga faktor yang harus dibenahi oleh dinas pendidikan setempat, yakni mutu guru Bahasa Indonesia yang harus ditingkatkan karena format bahasa terus diperbaharui, sedangkan para guru masih menerapkan metode yang lama.

Kemudian pola ujian yang perlu ditambah karena mengerjakan soal Bahasa Indonesia dengan waku 90 menit dinilai terlalu singkat dan terakhir disiplin guru yang berjenis kelamin perempuan, sebab dikhawatirkan program pendidikan yang direncanakan tidak akan tercapai.

"Secara psikologis dan fisik, disiplin seorang guru wanita pasti berkurang dibanding dengan pria karena mereka ada berbagai macam cuti serta kodrat sebagai ibu rumah tangga. Karena itu pemerintah setempat perlu mengkaji, sebab bukan tidak mungkin pemahaman siswa semakin berkurang terhadap bahasa asli," jelasnya.

Kepala Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Riau, Irwan Effendi, mengaku, hingga kini pihaknya belum mengambil kebijakan terkait penurunan nilai pada mata pelajaran dalam UN yang dialami Riau sejak diberlakukannya standarisasi kelulusan UN.

"Memang ada lima daerah di Riau yang mengulang UN untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, namun hingga kini belum ada kebijakan khusus untuk mata pelajaran itu," ujarnya.