Pekanbaru (Antarariau.com) - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan terapi psikososial yang dimiliki relawan dari perguruan tinggi (PT) dapat membantu pemulihan semangat hidup bagi korban gempa di Pidie, Provinsi Aceh.
"Saya harap akan datang relawan dari Riau, khususnya Kota Pekanbaru, (karena) akan sangat bermakna untuk bantu saudara kita di sana. Terutama saya berharap dari berbagai perguruan tinggi, karena terapi psikososial butuh keilmuan secara khusus. Jadi bukan hanya di wilayah Sumatera, melainkan dari perguruan negeri di berbagai daerah untuk berikan kontribusi," kata Mensos Khofifah saat meluncurkan program Jangkauan dan Rehabilitasi Sosial Anak Pulau Terluar Regional Sumatera, di Kota Pekanbaru, Riau, Minggu.
Ia mengatakan terapi psikososial sangat dibutuhkan untuk korban bencana untuk memulihkan motivasi dan semangat hidup mereka.
Hingga Sabtu (10/12) lalu telah terdata sebanyak 40 relawan yang tergabung dalam Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kemensos, dan 11 diantaranya berasal dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. Namun, mereka baru bisa membantu empat dari sembilan posko pengungsian yang di bawah koordinasi Kemensos.
Sementara itu, jumlah tempat pengungsian cenderung bertambah dan belum lagi warga yang mengalami trauma juga semakin banyak. Para korban gempa mengalami trauma yang belum pulih dari tsunami 2004, ditambah lagi gempa-gempa susulan yang terus terjadi.
"Itu yang jadikan jumlah pengungsi bertambah pada malam hari, karena mereka yang rumahnya tidak rusak pada siang kembali pulang, namun pada malamnya berkumpul ditenda-tenda karena disanalah tempat yang memberikan rasa aman. Jadi rasanya kita butuh uluran tangan untuk berikan penguatan sebagai tim terapi psikososial," ujarnya.
Tim LDP Kementerian Sosial telah kaji cepat (rapid assessment) korban gempa Aceh di lokasi pengungsian Kabupaten Pidie Jaya, yakni Meunasah Jurong, Meunasah Balek, Meuraksa Barat, dan Paru Keude.
Assesment utamanya dilakukan pada kelompok rentan yakni lansia, disabilitas, ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak. Serta warga yang ditinggalkan anggota keluarganya," kata Khofifah Indar Parawansa.
Hasil kaji cepat ini nantinya akan menjadi dasar pemberian layanan kepada pengungsi terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan data ini, tim juga akan menentukan intervensi atau aktivitas lanjutan untuk mengurangi dampak negatif dari gempa.
"Rapid Assememt biasanya dilakukan dalam rentang waktu hari pertama sampai hari ke-4 kejadian bencana. Ini sebagai data awal yang menjadi dasar untuk menyusun program layanan dukungan psikososial selanjutnya," tambah Mensos.
Koordinator Tim Layanan Dukungan Psikososial Kemensos, Milly Mildawati mengungkapkan hasil kaji cepat pada pengungsi yang kehilangan anggota keluarganya menunjukkan bahwa mereka masih sangat berduka. Mereka juga ketakutan berada di dalam ruangan dan lebih memilih berada di luar rumah, beraktivitas dan tidur di tenda-tenda.
"Kondisi ini agak berbeda dengan warga yang tinggal di pesisir pantai. Ketakutan mereka berbeda, dua kali lipatnya. Mereka takut berada di dalam ruangan dan takut tsunami karena rumah mereka berada di bibir pantai," ujar Milly saat ini menjabat Kepala Pusat Kajian Bencana dan Pengungsi STKS Bandung.
Terkait korban anak-anak, Milly mengungkapkan tim dukungan psikososial mendapati anak-anak juga masih mengalami rasa takut, terlebih saat terjadi gempa susulan. Mereka umumnya menunjukkan reaksi tubuh gemetar hebat, panik, saling berpelukan dan menjerit karena takut.
"Untuk hasil assement kepada penyandang disabilitas diketahui jumlahnya kebih sedikit jika dibandingkan kelompok rentan lainnya, akan tetapi mereka tetap kami utamakan. Misalnya ada yang mengalami gangguan berjalan, kami gali kebutuhannya, dan mereka memerlukan alat bantu berjalan (tongkat) atau kursi roda," kata Milly.
Berikut Hasil Rapid Assement di empat titik lokasi pengungsian:
1. Meunasah Juroeng
Jumlah pengungsi total 1.300 jiwa
Jumlah data terpilah:
Balita 150 orang
Ibu hamil 20 orang
Ibu menyusui 30
Lansia 60 orang
Anak disabilitas 7 orang
Dewasa disabilitas 1 orang
2. Meunasah Balek
Jumlah pengungsi total 1.666 orang
Jumlah data terpilah :
Anak balita : 135 orang
Anak usia SD : 175 orang
Ibu hamil : 15 orang
Ibu melahirkan : 5 orang
Disabilitas: 9 orang
3. Paru Keude
Jumlah pengungsi: 2.100 orang
Jumlah data terpilah:
Balita: 222 orang
Lansia: 350 orang
Korban meninggal 2 orang
4. Meuraksa
Jumlah pengungsi total 1.535
Data kelompok rentan:
Balita: 135 balita
Lansia: 150 orang
Korban meninggal: 4 orang