Pemprov Riau Harapkan TPID Dapat Menstabilkan Harga Sembako Pasca Lebaran

id pemprov riau, harapkan tpid, dapat menstabilkan, harga sembako, pasca lebaran

Pemprov Riau Harapkan TPID Dapat Menstabilkan Harga Sembako Pasca Lebaran

Pekanbaru (Antara) - Pemerintah Provinsi Riau tengah mengupayakan kestabilan harga sejumlah bahan pokok yang meroket pasca Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah di daerah setempat.

"Pasca Lebaran ini, harga sembako belum juga turun, ini yang coba dikendalikan oleh Tim pengendalian harga melalui inflasi," kata Asisten II Setdaprov Riau bidang Ekonomi dan Pembangunan Masperi di Pekanbaru, Kamis.

Pemprov Riau melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan telah berkoordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) mengatur kestabilan harga sejumlah bahan pokok.

"Sebelumnya sudah dikoordinasikan, ini sedang diproses, kita harap dalam waktu dekat harga kembali normal, " sebutnya.

Ia menilai, pedagang seharusnya sudah mulai menurunkan harga karena berdasarkan laporan yang masuk, stok sejumlah barang pokok sudah mulai cukup.

"Seharusnya harga sembako sudah turun soalnya suplay dan demand sudah mulai berimbang di Riau ini," tuturnya.

Dikatakannya, dalam proses pengembalian harga secara teknis Disperindag Riau akan bertanggung jawab langsung dalam pelaksanaannya, bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk pengendalian inflasi.

Sebagai informasi, sejumlah komoditas kebutuhan rumah tangga tengah mengalami kenaikan di pasar, diantaranya harga ayam ras yang hingga saat ini masih bertahan di harga Rp29 ribu sampai Rp30 ribu per kilogramnya, harga daging Rp120 ribu per kilogramnya dan harga gula pasir yang masih bertahan di harga Rp16 ribu sampai Rp17 ribu per kilogramnya, harga bawang putih melonjak hingga 32.000 per kilogram, beras hingga 12 ribu per kilogram.

Keterangan dari Warga Pekanbaru, FITRI (29) mendesak pemerintah setempat agar segera menurunkan harga sembako karena dinilainya memberatkan kaum ibu yang harus menghemat belanja kebutuhan rumah tangga.

Ia yang berprofesi sebagai pegawai saja merasa keberatan apalagi ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan hanya menggantungkan penghasilan suami.

"Tentu memberatkan karena pendapatan tidak sebanding dengan pengeluaran yang semakin membengkak," katanya.

Oleh: Diana Syafni