Pembabatan Hutan Semenanjung Kampar Rugikan Masyarakat

id pembabatan hutan, semenanjung kampar, rugikan masyarakat

Pekanbaru, 3/12 (ANTARA) - Pembabatan hutan di Semenanjung Kampar sangat merugikan ekonomi masyarakat Riau di masa depan karena hutan tersebut selama ini menjadi penyangga kehidupan rakyat, kata pengamat ekonomi dari Universitas Riau Edyanus Herman Halim. "Kawasan hutan Semenanjung Kampar sekarang dikuasai pelaku bisnis yang mendapat konsensi pengelolaan dari pemerintah. Akibatnya sumber-sumber penghidupan rakyat terkuras dan kesempatan mereka untuk mendapat manfaat lebih dengan mengelola hutan menjadi hilang. Jika ini dibiarkan masyarakat sekitar akan makin terpinggirkan dan menderita," ujar Edyanus di Pekanbaru, Kamis. Ia mengatakan, pada tahun 2002, lahan gambut di Semenanjung Kampar Kabupaten Pelalawan, seluas 700 ribu hektare belum tersentuh tangan manusia. Tetapi pada tahun 2007, sudah 300 ribu hektare lahan gambut di kawasan tersebut dirambah, dikeringkan dan dibakar. "Jadi sebetulnya bukan hanya 59 ribu hektare yang ada izin konsensinya saja yang harus diributkan, karena sesungguhnya sudah 300 ribu hektare lahan gambut terbaik di dunia yang terletak di Semenanjung Kampar sudah hancur," katanya. Menurut Edyanus yang juga pemuka masyarakat Riau, hancurnya 300 ribu ha lahan gambut tersebut karena dirambah, dikeringkan, dan dibakar untuk memenuhi kebutuhan kayu hutan tropis dari pabrik bubur kertas dan menyediakan lahan untuk perkebunan akasia. "Sebagian lagi area Kampar Peninsula ini ternyata juga sudah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit," ujar Edyanus. Ia mengatakan, selain menghentikan izin konsesi untuk PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), pemerintah juga harus membenahi kembali lahan gambut ini, jika tidak ingin lahan yang menjadi salah satu penyangga ekosistem dunia ini hancur. Dijelaskannya, untuk mengatasi makin hancurnya lahan gambut di Semenanjung Kampar, Pemerintah Riau harus melarang pengalihan Semenanjung Kampar untuk kepentingan perusahaan. Setelah itu harus dilakukan jeda tebang hutan alam Riau yang saat ini sudah tinggal sedikit. "Harus ditegaskan upaya penyelamatan Semenanjung Kampar sebagai Penyelamat Alam. Masyarakat harus diberi kesadaran bahwa kenikmatan sesaat yang diberikan perusahaan hanyalah langkah awal pengrusakan kehidupan masa depan anak bangsa," kata Edyanus.