Oleh Diana Syafni
Pekanbaru, (Antarariau.com) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pekanbaru mengatakan menolak tindakan sweeping yang dilakukan dalam bentuk anarkis karena bertentangan dengan ajaran dan syariat islam.
"Sweeping yang dilakukan dalam bentuk merusak ataupun anarkis saya tidak setuju itu, dalam agama islam dilakukan dalam bentuk ajakan tidak mengorbankan harta ataupun nyawa," kata ketua MUI Kota Pekanbaru Ilyas Husti kepada Antara usai seminar Pekan Tilawati Quran di Gedung Serba Guna Radio Republik Indonesia (RRI) di Pekanbaru, Kamis.
Dijelaskannya, sweeping oleh organisasi masyarakat (ormas) di bulan Ramadan sering tejadi dengan sasaran tempat hiburan malam dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dinilai menodai kesucian bulan Ramadan dan mengganggu kekhusyukan umat muslim beribadah.
Namun begitu, kata dia, pendekatan yang harus dilakukan dengan dasar dakwah berlandaskan tiga metode yakni memberikan pemahaman dengan cara sosialisasi pada masyarakat.
Selanjutnya, kata dia, melaui dialog memberikan pemahaman keuntungan dan kerugian dari perbuatan tersebut, jika kedua cara tersebut tetap tidak dihiraukan, dengan meningkatkan level ajakan yang tidak mengorbankan nyawa ataupun harta. Kemudian ia menyoroti peran penting dari dakwah atau ajakan oleh penguasa dalam bentuk peraturan daerah.
"Ketika kebijakan sudah diatur, dialog sudah dikemukakan maka bentuk dakwah perlu ditingkatkan tetapi bukan dalam bentuk merusak," sebutnya.
Bulan suci ramadan dijadikan momen bagi umat islam untuk mendekatkankan diri pada sang pencipta, tindakan yang merusak dan menodai bulan ramadan tidak dibenarkan, seringkali berbagai kegiatan menjadi pemicu bagi organisasi masyarakat yang geram atas kegiatan yang dinilai merusak syariat agama.
Dikatakannya, umat muslim perlu ingat untuk menahan diri agar tidak terpancing emosi oleh ulah sebagian orang yang dapat merusak amal ibadah apalagi dalam momentum bulan ramadhan. Alangkah lebih baiknya tindakan tersebut dilaporkan kepada pihak berwajib agar aparat dapat menindak tegas ulah sebagian oknum yang membuat kersahan pada masyarkat.
Kegiatan yang dapat merusak nilai-nilai agama selama bulan ramadan dipandang sangat merugikan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam. Sejalan dengan itu dalam seminar yang bertajuk peran agama dalam revolusi mental dipandang sangat penting pendekatakannya kepada masyarakat ataupun generasi muda, secara spesifik mengenai revolusi aklak.
"Revolusi mental masih banyak yang kabur untuk itu saya jelaskan revolusi mental dari berbagai aspek yakni revolusi mental yang dipahami secara umum dan spesifik," sebutnya.
Secara khusus sasaran revolusi mental, kata dia, mulai dari cara berfikir, cara bertindak secara total dari sudut pandang agama karena agama merupakan pondasi kesuksesan revolusi akhlak.
"Kalau kita tarik dari sisi agama maka revolusi mental akan sukses sepertipembinaan akhlak yang dilakukan rasulullah," katanya lagi.
Pemerintah harus konsisten, sebut dia, untuk menjalankan sepenuhnya agar Indonesia dapat mencerminkan karakternya, bermoral, integritas dan menjunjung tinggi nilai keagamaan yang dapat diperhitungkan dunia internasional.
Berita Lainnya
Tutup Bulan K3 Nasional, Semen Padang gelar seminar hadirkan ahli K3
18 February 2024 10:57 WIB
Peringati hari lahir Prof Muhammad Nazir, UIN Suska taja seminar nasional
21 November 2023 15:01 WIB
Tanah desa terikat PIPPIB, APDESI Meranti cari solusi melalui seminar
31 October 2023 22:16 WIB
Summit Event Legislative Nasional 2023 di Riau, dari seminar hingga tour ke Istana Siak
26 October 2023 21:33 WIB
UIN Suska Riau gelar seminar internasional, ini topiknya
22 October 2023 19:29 WIB
Putri Indonesia Jambi pimpin acara seminar kebudayaan ekspedisi Batanghari
10 August 2023 13:01 WIB
Pastikan Pemilu aman, Polda Riau taja seminar kebangsaan
22 June 2023 18:07 WIB
Hari jadi Nahdlatul Wathan ke-70 gelar Seminar hadirkan menteri dan tokoh nasional
13 March 2023 13:39 WIB