Meski Curah Hujan Tinggi, 11 Titik Panas Terdeteksi di Riau

id meski curah hujan tinggi 11 titik panas terdeteksi di riau

Meski Curah Hujan Tinggi, 11 Titik Panas Terdeteksi di Riau

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru mendeteksi sebanyak 11 titik panas yang mengindikasikan adanya kebakaran lahan dan hutan yang tersebar di enam kabupaten di Provinsi Riau.

"11 titik panas yang terpantau satelit Terra dan Aqua pukul 16.00 WIB terpantau di Pelalawan 4 titik, Siak dan Indragiri Hilir 2 titik, serta Kampar, Rokan Hilir, dan Dumai masing-masing 1 titik," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru, Selasa.

Sugarin mengatakan, secara keseluruhan pada hari ini terpantau sebanyak 25 titik panas di Pulau Sumatera dengan Riau penyumbang titik panas terbanyak. Selain Riau, titik panas turut terpantau di Jambi dengan 6 titik, Sumatera Selatan 5 titik, Sumatera Utara 2 titik dan Bengkulu 1 titik.

Sementara itu, ke 11 titik panas di Riau dipastikan bukan sebagai titik api di mana tingkat kepercayaan berkisar antara 39 hingga 62 persen. Meski begitu, ia mengatakan hal itu perlu menjadi pertimbangan agar penanggulangan dapat lebih dimaksimalkan.

Kepala BMKG Pusat Andi Eka Sakya menjelaskan bahwa titik panas dapat dipastikan sebagai titik api apabila tingkat kepercayaan di atas 80 persen. Padahal sebelumnya, BMKG merilis sebuah titik panas bisa disebut sebagai titik api apabila tingkat kepercayaan diatas 70 persen.

"Satelit itu melihat titik panas dengan suhunya, ada sensor mengenai suhu itu. Panas berkorelasi dengan api, memiliki derajat tertinggi, yakni diatas 80 persen," jelasnya.

Secara umum, keberadaan titik panas di Riau cenderung menurun dibandingkan pada periode Januari hingga Maret 2016 lalu. BMKG menyatakan bahwa wilayah Riau berpotensi memiliki curah hujan tinggi pada Juni-Agustus 2016 mendatang atau pada saat periode kemarau. Hal itu disebabkan sebagian besar wilayah Indonesia akan dilanda fenomena La Nina sehingga curah hujan tetap tinggi meski pada musim kemarau.

Untuk itu, pemerintah Provinsi Riau mempertimbangkan untuk mencabut status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan dengan mempertimbangkan prediksi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika akan terjadinya fenomena La Nina di sebagian besar wilayah Indonesia.

Pada 7 Maret 2016 lalu, Pemerintah Provinsi Riau memutuskan untuk menetapkan status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) guna memaksimalkan pencegahan dan penanggulangan bencana menahun tersebut.

Hingga saat ini, pencegahan dan penanggulangan Karlahut terus dilakukan. Petugas TNI dan Polri disebut telah membangun lebih dari 7.000 sekat kanal di seluruh wilayah Riau sebagai upaya pencegahan. Sementara untuk penanggulangan, Riau melalui Satgas Karlahut memiliki dua unit helikopter pengebom air jenis Super Puma yang siap memadamkan titik-titik api.