10.000 Pohon
Presiden Joko Widodo pada puncak peringatan HMPI, Bulan Menanam Nasional (BMN) dan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) 2015 di Taman Hutan Raya Sultan Adam Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kamis (26/11), mengatakan penanaman 10.000 pohon lebih realistis daripada 1 miliar, asalkan pohon dirawat dan dipelihara dengan baik.
"Kita tidak usah pakai angka miliaran atau jutaan. Puluhan ribu tetapi betul-betul tertanam dan fokus di beberapa lokasi saja kemudian tumbuh dan menjadi hijau lagi. Angka ini lebih gampang untuk dihitung," kata Presiden.
Presiden pun meminta jajaran Kodam VI/Mulawarman dan Polda Kalsel untuk memerhatikan dan merawat puluhan ribu bibit pohon yang ditanam di area taman hutan raya itu.
Dalam kegiatan tersebut, Presiden bersama Kementerian LHK menanam sebanyak 2.000 pohon dari 10.000 pohon. Ada pun jenis pohon yang ditanam adalah Tengkawang, Mahoni, Kasturi, Ulin, Angsana, Trembesi, Jabon, Durian, Gaharu, dan Meranti.
Penanaman pohon itu melibatkan pelajar, mahasiswa, tokoh-tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah di Provinsi Kalimantan Selatan.
Sebelumnya, pada 20 November 2015, telah dilakukan penanaman sebanyak 8.000 batang pohon oleh mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat dan instansi kehutanan daerah.
Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, pemilihan Tahura Sultan Adam sebagai lokasi peringatan HMPI karena merupakan tahura terluas di Indonesia dan menjadi salah satu lokasi terdampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Menteri mengatakan penanaman pohon serentak tahun ini merupakan upaya rehabilitasi lahan dan hutan setelah kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Intinya semangat menanam pohon setelah kebakaran ini menjadi rehabilitasi kami bersama-sama. Pola seperti ini yang kami siapkan untuk penanganan pascakebakaran hutan dan lahan," kata Menteri Siti Nurbaya.
Tahura Sultan Adam Banjarbaru merupakan hutan lindung terluas di Indonesia yang mengalami kebakaran hingga mencapai 701 hektare dari total seluas 113.000 hektare.
Pemerintah menargetkan melakukan rehabilitasi secara cepat di dua daerah aliran sungai (DAS), yakni Riam Kanan dan Riam Kiwa.
Kementerian LHK pun menargetkan rehabilitasi hutan dan lahan 5,5 juta hektare sesuai RPJMN tahun 2015-2019, namun kemampuan APBN hanya mencakupi 200.000 hektare per tahun.
Pemerintah meniliai gerakan menanam pohon sebagai upaya rehabilitasi hutan dan lahan yang telah terbakar dapat meningkatkan penyerapan karbon, menciptakan iklim yang lebih baik untuk masyarakat dan dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama di pedesaan.
Di samping itu, untuk alasan yang lebih mendasar, rehabilitasi lewat pohon-pohon yang ditanam dan tumbuh hingga 15-30 tahun mendatang tersebut tentunya dapat mengembalikan habitat puspa dan satwa Indonesia, serta memberi kebebasan bernapas secara cuma-cuma untuk manusia tanpa dibayangi ketakutan ISPA.