Singapura, (Antarariau.com) - Harga minyak bervariasi di perdagangan Asia, Selasa, setelah data perdagangan terbaru Tiongkok menunjukkan permintaan lesu di konsumen energi utama dunia itu, kata para analis.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun 1,49 dolar AS menjadi 44,56 dolar AS, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober naik 44 sen menjadi 48,07 dolar AS di perdagangan sore.
Badan kepabeanan Tiongkok mengatakan pada Selasa pengiriman ke luar negeri pada Agustus turun 6,1 persen dalam ukuran yuan dari tahun sebelumnya. Ini dibandingkan dengan penurunan 8,9 persen pada Juli.
Impor turun 14,3 persen, dari penurunan 8,6 persen pada Juli.
"Data ini hanya memperkuat kembali pandangan kita masih melihat pelemahan dalam ekonomi Tiongkok dan data ini menunjukkan kita belum melihat poisisi terbawahnya," Bernard Aw, penyiasat pasar di IG Markets mengatakan kepada AFP.
"Perekonomian Tiongkok tetap menjadi kekhawatiran bagi perekonomian dunia yang lebih luas dan pasar-pasar aset global," tambahnya.
Data ini yang pertama dalam serangkaian data ekonomi minggu ini yang akan digunakan sebagai salah satu barometer keadaan ekonomi Tiongkok, terbesar kedua di dunia dan pendorong penting pertumbuhan global.
Harga minyak telah datang di bawah tekanan dari kekhawatiran bahwa pelambatan ekonomi Tiongkok akan menghambat permintaan komoditas yang telah membantu mendorong pertumbuhan menakjubkan selama tiga dekade terakhir.
Devaluasi yuan pada 11 Agustus memicu kekhawatiran ekonomi, mendorong kemerosotan dalam ekuitas dunia mengirim komoditas, yang diukur dengan Indeks Komoditas Bloomberg 22 bahan baku, ke tingkat terendah 16 tahun sebelum stabilkan dekat tingkat saat ini.
Harga minyak turun hampir 30 persen dari puncak penutupan tahun ini pada Mei, menurut data Bloomberg News.
Analis mengatakan para dealer berikutnya akan meneliti laporan minyak mingguan AS terbaru pada Kamis, sehari lebih lambat dari biasanya karena hari libur pada Senin.
Cadangan minyak mentah AS saat ini duduk di dekat tertinggi delapan dekade karena tingkat produksi tinggi meskipun permintaan melemah.
Para pedagang telah berharap bahwa kenaikan permintaan AS, ditambah dengan pelambatan produksi bisa mengurangi pasokan global yang sangat besar, alasan utama jatuhnya harga dari sekitar 120 dolar AS pada Juni tahun lalu.