Tembilahan, (Antarariau.com)- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indragiri Hilir, mengatakan bahwa lokasi kebakaran hutan dan lahan di daerah pesisir Provinsi Riau itu sulit dijangkau karena kondisi geografis wilayah yang terdiri dari kepulauan dan minim sarana infrastruktur.
"Sebagian besar lahan di Indragiri Hilir ini merupakan rawa dan gambut, selain itu waktu tempuh yang digunakan untuk sampai dilokasi bisa sampai satu jam menggunakan kapal, misalnya saja ke daerah Kecamatan Reteh," kata Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Indragiri Hilir, Sugito di Tembilahan, Senin.
Dia mengatakan bahwa kabut asap yang sedang menyelimuti Kabupaten Indragiri Hilir, khususnya di Kota Tembilahan cukup pekat jika dibandingkan beberapa hari sebelumnya.
"Saat ini saya belum konfirmasi berapa jumlah titik api," katanya.
Selain itu dia menyampaikan untuk mengatasi Karhutla ini, BPBD Kabupaten indragiri Hilir bersama masyarakat telah membuat sumur buatan di lokasi rawan Karhutla.
"Untuk mengatasi kedaruratan Karhutla di Indragiri Hilir, BPBD memiliki dua unit mesin apung dan mesin sibaora," katanya.
Dia menjelaskan bahwa teknis kerja dari mesin-mesin ini sangat praktis, karena jika ada genangan air bisa langsung disedot oleh mesin meskipun kondisi air disungai sedang dangkal.
"Kemudian, alat ini juga bisa di bawa dengan menggunakan sepeda motor," ujarnya.
Disamping itu dia mengungkapkan bahwa untuk memantau Karhutla, BPBD Kabupaten Indragiri Hilir telah menugaskan tiga orang petugas disetiap kecamatan untuk secara bergantian melaporkan kondisi di daerah penugasannya masing-masing.
"Di Indragiri Hilir terdapat 20 kecamatan, total seluruhnya petugas yang diturunkan ke lapangan berjumlah 60 orang," katanya. (Adv)