Pekanbaru, (Antarariau.com) - Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Provinsi Riau, Prof. Suwardi Mohd. Samin menuntut adanya perhatian pemerintah terhadap monumen perjuangan kemerdekaan di Riau, seperti di tempat pengibaran bendera merah putih pertama dan di Benteng Tujuh Lapis Pahlawan Kemerdekaan, Tuanku Tambusai.
Dia mengatakan bahwa tempat pertama Bendera Merah Putih di Pekanbaru adalah di Jalan Riau. Saat mengibarkan bendera dulunya adalah Kantor Pos Senapelan kemudian dijadikan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, tapi sekarang sudah rata dengan tanah.
"Itu adalah momen perjuangan, pada Bulan September 1945 pertama kali di Pekanbaru menaikkan bendera di Kantor Dinas PU lama. Itu peristiwa yang perlu diamankan dan dibuat monumennya," kata Suwardi usai Upacara Proklamasi Kemerdekaan di Kantor Gubernur Riau, Senin.
Di tempat sebenarnya sudah berdiri monumen berupa prasasti bertuliskan peristiwa bersejarah tersebut, namun kondisinya seperti tidak terurus.
Ia berharap monumen Itu bisa menjadi acuan bagi generasi muda untuk bisa mempelajari sejarah untuk meningkatkan tinggi rasa nasionalisme, bahwa kabar kemerdekaan tidak tanggal 17 Agustus sampai di Pekanbaru atau Riau pada zaman dahulu.
"Beritanya dari Bukittinggi, Sultan Siak yang menerima berita langsung mengutus Nizam Jamil jadi Walikota Pertama Pekanbaru," ungkapnya.
Satu lagi monumen yang perlu dibuat dan dijaga adalah di Banteng Tujuh Lapuis Pahlawan Kemerdekaan dari Riau, Tuanku Tambusai di Dalu-Dalu, Kabupaten Rokan Hulu. Suwardi yang mengaku baru kembali dari sana menyayangkan kondisinya yang tak terperhatikan.
Padahal, menurutnya tidak bisa dibayangkan bagaimana orang dulu membuat bantengnya. Bentuk pertahanan itu gundukan tanah ke atas dengan bambu-bambu yang rapat.
"Tapi Belanda menebarkan koin-koin uangnya di sekitar bambu sehingga masyarakat menebas bambu itu sampai akhirnya Belanda bisa masuk," ceritanya.