Sambungan dari hal 1 ...
Anggaran Rp880 miliar
Mentan mengatakan dalam mengantisipasi kekeringan akibat gelombang panas atau el nino, pemerintah menyiapkan anggaran setelah direvisi sebesar Rp880 miliar.
"Anggaran kekeringan, ada revisi anggaran kemarin itu Rp880 miliar total ya," katanya, usai acara Halalbihalal Keluarga Besar Kementerian Pertanian (Kementan), Auditorium Kementan, Jakarta, Jumat (7/8).
Ia mengatakan pihaknya telah memgantisipasi kekeringan dengan membangun irigasi di daerah endemis kekeringan, pompanisasi dan membagikan pompa air kepada petani.
"Kekeringan sudah kita antisipasi lebih awal sejak Januari dengan membangun irigasi, membagikan pompa kemudian alat mesin pertanian, hand tractor dan perbaikan-perbaikan infrastruktur lainnya," tuturnya.
Ia mengatakan selama bulan Ramadan, pihaknya telah mengunjungi daerah-daerah kekeringan.
"Dalam bulan Ramadan kami sudah mengunjungi seluruh daerah-daerah kekeringan. Kami sudah menerima laporan kurang lebih 30.000 hektare kami kunjungi, kemungkinan puso (gagal panen) sangat kecil."
Selain itu, untuk mengantisipasi kekeringan Kementerian Pertanian menyiapkan pompa air kurang lebih 20.000 unit.
Mentan mengatakaan saat ini ada anggaran Rp100 miliar untuk membangun embung sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi kekeringan.
"Kemudian, kita membangun embung ada anggaran Rp100 miliar sekarang ini untuk embung," imbuhnya.
Pembangunan embung itu akan dilakukan di daerah-daerah endemik kekeringan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Ia mengatakan ada kurang lebih 200.000 hektare lahan pertanian yang merupakan daerah endemik kekeringan yang mana seluas 25.000 hektare terancam gagal panen atau puso.
"Ya daerah endemis, kita tahu daerah endemis kekeringan itu kurang lebih 200 ribu hektare, yang puso 25.000 hektare. Kita Kementerian Pertanian mengupayakan memperkecil kehilangan produksi karena kekeringan tahun ini," ujarnya.
Potensi Irigasi
Kementerian Pertanian menargetkan 10.000 hektare lahan baru pertanian dalam rangka mengoptimalkan irigasi di Kabupaten Aceh Barat.
"Sesuai arahan bapak presiden untuk melihat langsung kondisi lapangan. Ternyata ini (Bendungan Lhok Guci) betul-betul potensi yang luar biasa, tidak termanfaatkan selama 13 tahun," katanya di sela-sela kunjungan kerja ke Bendungan Lhok Guci Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Ia mengatakan saat ini Bendungan Lhok Guci belum dimanfaatkan secara optimal untuk mengairi areal pertanian seperti persawahan padahal memiliki potensi yang besar.
"Ini bisa mengairi 20.000 hektare sawah, tapi belum dimanfaatkan karena irigasi primer, sekunder dan sekunder belum selesai," tuturnya.
Dengan pengoptimalan irigasi dan lahan pertanian, lanjutnya, maka akan mendorong perekonomian daerah setempat sekaligus upaya swasembada pangan.
"Ini luar biasa, ini irigasi teknis, bisa tiga kali panen setahun. Bisa dibayangkan bagaimana peningkatan pendapatan petani, peningkatan ekonomi kabupaten Aceh Barat kalau ini rampung," paparnya.
Ia mengatakan pihaknya berencana untuk memulai program membangun sawah 10.000 hektare tersebut pada 2016.
"Kami mulai bekerja awal tahun dan kami anggarkan 10.000 hektare tergantung nanti para petani dan masyarakat setempat supaya ikut membantu, mempermudah lokasi operasional lapangan," ujarnya.
Ia mengatakan 10.000 hektare tersebut merupakan target minimal areal baru dari target 20.000 hektare. Saat ini, sekitar 7.000 hektare areal persawahan di sekitar bendungan tersebut.
"Ini areal baru. Areal barunya kurang lebih, tadi kan totalnya 20.000 hektare, mungkin lebih 10.000 hektare. Tapi minimal 10.000 hektare kita selesaikan. Jadi, sekarang sudah ada tadi 7.000-an hektare berarti masih kurang 13.000 hektare untuk mencapai 20.000 ribu hektare," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian langsung berkoordinasi dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat via telepon untuk menyampaikan rencana pengoptimalan irigasi dengan penambahan areal persawahan hingga 10.000 hektare.
"Baru saja kami telepon Menteri PU, beliau juga akan menyelesaikan irigasi primer dan sekunder," ujarnya.
Bupati Aceh Barat H T Alaidinsyah mengharapkan petani tidak mengalihfungsikan lahan persawahan untuk tanaman lain selain padi.
"Kepada para petani diharapkan tidak melakukan alih fungsi lahan, artinya untuk persawahan jangan ditanami sawit, jangan ditanami coklat. Ini perlu komitmen dari para petani sekalian. Ini harapan saya supaya kita taati bersama," katanya, saat mendampingi Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam kunjungan kerja ke Bendungan Lhok Guci Kabupaten Aceh Barat.
Ia mengemukakan pihaknya telah mengembalikan peruntukan lahan pertanian sekitar 1.000 hektare.
Menurut dia, usaha pemerintah dalam mengoptimalkan irigasi dengan memanfaatkan bendungan Lhok Guci akan sia-sia jika terjadi alih fungsi lahan.
"Tidak boleh alih fungsi lahan. Karena itu percuma, bangun irigasi ini mahal. Sudah pemerintah susah payah, datang kita, kita alih fungsi lahan, ini kan tidak ada gunanya. Jadi, pengorbanan yang selama ini dari pemerintah bisa sia-sia," tegasnya.
Ia berharap masyarakat dapat menaati ketentuan yang telah ada.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengatakan ada 124 lokasi potensial di daerah setempat untuk pembangunan bendungan dan irigasi sehingga mengoptimalkan pengairan ke lahan pertanian.
"Terdapat 124 lokasi yang memungkinkan utk dibangun bendungan dan irigasi," katanya dalam sambutan pada jamuan makan malam bersama Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman beserta jajarannya di Pendopo Gubernuran Aceh di Banda Aceh, Selasa (4/8).
Namun, ia mengatakan sejauh ini hanya 13 lokasi yang telah dan sedang dikerjakan.
Selain itu, katanya, faktor kerusakan hutan, berkurangnya daerah resapan air, dan perubahan iklim telah mengakibatkan dampak negatif sektor irigasi.