Pekanbaru, (Antarariau.com) - Ketua P2TP2A Pekanbaru Dra. Risdayati, Msi meminta pemerintah Provinsi Riau untuk membangun satu unit rumah pengasuhan gratis bagi anak dari keluarga tidak mampu guna menekan kasus kekerasan dan kejahatan seksual terhadap anak di daerah itu.
"Rumah pengasuhan gratis paruh waktu tersebut dibutuhkan agar anak dari keluarga miskin terhindar dari potensi kekerasan dan bisa terlindungi saat orang tua mereka bekerja di luar rumah," kata Ketua P2TP2A Pekanbaru Risdayati di Pekanbaru, Selasa.
Kebutuhan satu unit rumah penampungan itu disampaikannya terkait Kota Pekanbaru, tercatat dengan kasus tertinggi kekerasan dan kejahatan seksual terhadap anak.
Menurut dia, di Kota Pekanbaru dan sekitarnya, banyak ibu-ibu yang bekerja sebagai jasa cuci, jasa gosok, pencuci piring di rumah makan, pembantu rumah tangga, jasa parkir, berjualan di pasar, ngojek dan lainnya, dikhawatirkan anak tersebut tinggal di rumah tanpa pengawasan ibu mereka.
Ia mengatakan, anak-anak yang tidak diawasi langsung oleh ibunya berpotensi berkeliaran secara bebas, meninggalkan rumah dalam jarak cukup jauh sehingga kekerasan dan kejahatan seksual berpotensi mengancam mereka.
"Ancaman itu diyakini sewaktu-waktu bisa muncul apalagi sudah banyak kasus ditemukan. Kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Provinsi Riau sepanjang tahun 2017 tercatat sebanyak 180 kasus atau meningkat sebanyak lima kasus dibandingkan 2016 sebanyak 175 kasus. Dari seratusan kasus itu juga terdapat sejumlah kasus pelecehan atau kejahatan seksual terhadap anak," katanya.
Oleh karena itu idealnya rumah pengasuhan tersebut bisa dibangun di kantor P2TP2A atau di kawasan pasar, sehingga para ibu bisa menitipkan anaknya untuk bermain di sana dan bisa dijemput kembali saat ibu-ibu pulang bekerja.
Di rumah pengasuhan tersebut, katanya lagi, anak anak-anak bisa mendapatkan pendampingan dari mahasiswa yang magang dan dari tenaga psikolog yang dimiliki P2TP2A.
Risdayati mengakui dirinya sangat tersentuh atas kepedulian seorang ibu di Yogyakarta yang membangun rumah pengasuhan atas kemauannya sendiri. Inisiatif ibu pengelola rumah pengasuhan tersebut bahkan sering dipertanyakan oleh masyarakat mengapa dia rela merepotkan diri.
Pengelola rumah pengasuhan itu, kata Risdayati mengakui bahwa ibu itu hanya ingin menjadikan anak-anak sebagai manusia setiap satu hari saja. Karena anak menjadi tidak terurus, tidak mandi, terlambat makan ketika ibu sibuk bekerja.
Ibu pengelola rumah pengasuhan itu, kata Risdayati, bahkan cenderung turun tangan sendiri memandikan anak-anak yang dititipkan orang tuanya itu, atau membuatkan susu dan memberi mereka makan.
"Semuanya dikelola atas kemauan sendiri dan bahkan uang yang dikeluarkannya adalah uang pribadi," katanya dan menambahkan saatnya Pemerintah Kota Pekanbaru menyediakan sarana yang sama, sehingga kejahatan seksual terhadpa anak bisa dihindari. Untuk usulan ini pun dirinya sudah mengajukannya ke DPRD Pekanbaru dan semoga bisa diterima. *