Mantan Wamentan: Pengembangan Bawang Lahan Gambut Pertama di Kampar

id mantan wamentan, pengembangan bawang, lahan gambut, pertama di kampar

Mantan Wamentan: Pengembangan Bawang Lahan Gambut Pertama di Kampar

Kampar, Riau (Antarariau.com) - Pakar pertanian dan perkebunan sekaligus mantan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heryawan menyatakan budidaya pengembangan bawang merah di lahan gambut pertama kali dilakukan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

"Dan ini sangat luar biasa karena sebelumnya banyak pihak yang tidak meyakininya bakal bisa berhasil seperti yang dilakukan di Kampar," kata Rusman kepada pers di Desa Kubang Jaya, Siak Hulu, Kampar, Rabu (5/8).

Menurut dia, hal itu merupakan pengalaman berharga bagi siapa saja yang datang berkunjung ke Kampar khususnya ke Desa Kubang Jaya, Siak Hulu tempat budidaya bawang merah lahan gambut.

"Termasuk saya, karena ini merupakan cara budidaya yang sangat luar biasa. Balum bernah sejarahnya dapat dilakukan pengembangan bawang merah di lahan gambut, namun Pemda Kampar membuktikannya," kata dia.

Menurut Rusman, pengembangan atau budidaya bawang merah di lahan gambut membutuhkan kerja ekstra, salah satu upaya yang wajib dilakukan adalah menetralkan PH atau kadar asam air yang terkandung dalam tanah tersebut.

Kata Rusman itu sulit untuk dilakukan, namun Pemda Kampar terbukti berhasil dan telah mengembangkan lahan bawang merah di berbagai wilayah kecamatan.

Sementara itu Pemerintah Kabupaten Kampar menargetkan daerah itu akan menjadi daerah sentra komoditas bawang merah di Sumatra pada 2016.

Bupati Kampar Jefry Noer mengungkapkan produksi bawang di Kampar mencapai puluhan ton per bulan. Saat ini, Kampar telah memiliki 50 hektare lahan pertanian bawang merah yang tersebar di 200 desa.

"Pemerintah pusat mengatakan Indonesia akan mengimpor bawang. Saya rasa tidak perlu. Karena bawang itu bisa ditanam dimana saja. Kampar sudah bisa memanen bawang setiap bulan dimana sekali panen itu mencapai dua ton," katanya.

Hingga kini, produksi bawang merah di Kampar hanya untuk keperluan dalam wilayah saja. Namun, perlahan akan memperluas pasar komoditas ini ke kabupaten lain hingga ke provinsi tetangga. Jefry optimistis Kampar menjadi sentra komoditas bawang merah di Sumatra pada 2016.

"Kami menerapkannya melalui program Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Energi (RTMPE). Masyarakat bisa menanam bawang di pekarangan rumah seluas 400 meter bahkan bisa tumpang sari dengan cabai merah dan sayuran. Setiap rumah bisa menghasilkan ratusan kilogram bawang merah di setiap panen. Kita memberlakukan swadaya, panenya bisa kapan saja. Jadi, Kampar mampu memproduksi bawang setiap bulan dengan jumlah yang besar," kata dia.

Salah satu lahan terbesar terletak di Desa Geringging Kecamatan Kampar Kiri yang memiliki 13 hektare lahan bawang merah. Satu hektare mampu menghasilkan 14 ton bawang atau senilai Rp70 juta /hektar.

Pemerintah pusat juga membantu biaya pengembangan dengan dengan APBD senilai Rp6 miliar dan APBN Rp3 miliar. Kementerian telah merealisasikan bantuan Rp2,5 miliar untuk lahan di Desa Bima, Desa Kampar dan Desa Nganjuk.

Tahun ini Pemkab Kampar bersama Kementerian Pertanian akan membangun 55 hektare bawang merah. Tahun depan, Pemerintah Kabupaten Kampar akan minta dana APBN untuk pembibitan di 250 hektar lahan bahkan lebih.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat dikonfirmasi di Jakarta berjanji akan meninjau langsung bagaimana Kampar menerapkan pertanian bawang di lahan gambut Kabupaten Kampar. Termasuk Program RTMPE yang mengintegrasi ternak dengan perkebunan dan membantu dalam mewujudkan ketahanan pangan yang kokoh. (Adv)