Mantan Wamentan Kagumi Biourine Kampar Kembangkan Sawit

id mantan wamentan, kagumi biourine, kampar kembangkan sawit

Mantan Wamentan Kagumi Biourine Kampar Kembangkan Sawit

Siak Hulu, Kampar, (Antarariau.com) - Mantan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heryawan menyatakan kekaguman atas program integrasi yang menghasilkan biourine dari urine sapi untuk kemudian mengembangkan perkebunan kelapa sawit menjadi jauh lebih baik.

"Ini adalah kunjungan saya kedua ke Kubang Jaya, Siak Hulu, Kampar setelah dua tahun lalu. Ada banyak kemajuan termasuk mengenai praktik integrasi sapi ke dalam sawit atau sawit ke dalam sapi," kata Rusman kepada pers di Desa Kubang Jaya, Siak Hulu, Kampar, Rabu (5/8) sore.

Rusman yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Badan Pengelola Dana Pungutan Kelapa Sawit, ketika itu datang berkunjung bersama rombongan dari jajaran Kementerian Pertanian seperti Direktur Kepala Balai Penelitian Sayur Rifardi dan juga Direktur Utama Bank Riau Kepri (BRK) Irvandi Gusman serta Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Riau, Wisnu Oriza. Bupati Kampar Jefry Noer dan legislator Kampar Ardo turut mendampingi.

Jefry Noer membawa Rusman dan rombongan meninjau sejumlah lokasi di kawasan Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) khususnya di lahan yang menjadi percontohan untuk Program Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Energi (RTMPE).

"Untuk Program RTMPE saya sangat bangga karena ini adalah yang pertama dilakukan karena mengitegrasikan sapi ke sawit atau malah sebaliknya," kata dia.

Maksudnya, demikian Rusman, lewat program ini Pemda Kampar dapat memanfaatkan kotoran sapi termasuk urinenya untuk dijadikan pupuk berkualitas tinggi.

"Hasilnya saya lihat sendiri, ternyata sawit tanpa pupuk kimia atau hanya menggunakan biourine dan pupuk organik ternyata hasilnya jauh lebih baik, bahkan sangat baik untuk tanah," katanya.

Ia juga mengatakan, pengembangan kotoran sapi hingga menjadi pupuk organik dan biourine sangat tepat dilakukan dan itu harus dikembangkan hingga masyarakat kemudian meninggalkan pupuk kimia yang sesungguhnya merusak kesuburan tanah.

Baiknya, lanjut dia, program yang terintegrasi ini terus dikembangkan hingga ke para pengusaha perkebunan kelapa sawit, namun sasaran utama harus dimulai dari kalangan petani kecil.

Pemda Kampar mengembangkan Program RTMPE termasuk di dalamnya pengelolaan kotoran dan urine sapi menjadi pupuk organik dan biourine sejak beberapa bulan lalu dengan target menghapurkan kemiskinan di wilayah itu.

Bupati Kampar Jefry Noer menjelaskan, bahwa RTMPE bukan sekedar program yang di dalam lahanya terdapat sapi, ayam petelur, lele, cabai dan bawang saja. Namun RTMPE adalah program yang akan mampu membuat masyarakat miskin menjadi kaya raya.

Ia mengatakan, lewat RTMPE maka semuanya dibalik. Jika masyarakat sebelumnya menganggap sapi adalah pemasukkan utama bagi peternak, maka di sini kotorannya bisa jauh lebih berharga. Bahkan pengelolaannya menjadi pupuk organik dan biourine menghasilkan uang antara Rp7,5 juga hingga Rp15 juta setiap bulannya.

Jefry mengatakan, lewat Program RTMPE yang bisa menghasilkan biourine ini, banyak pihak yang diuntungkan. Mulai dari masyarakat, pengusaha perkebunan kelapa sawit hingga Pemda Kampar.

"Mengapa Pemda Kampar sangat diuntungkan? karena tanah yang mati bisa subur kembali jika petani menggunakan pupuk organik dan biourine. Jadi ini memang solusi agar tidak ribut soal perkebunan sawit yang katanya merusak lingkungan dan tanah. Dengan biourine, tanah tidak akan rusak dan justru akan bertambah subur," katanya.(Adv)

Pewarta :
Editor: Fazar Muhardi
COPYRIGHT © ANTARA 2015