Presiden Iran dan Prancis Bahas Isu Nuklir hingga Perkuat Hubungan Bilateral

id Iran, Macron

Presiden Iran dan Prancis Bahas Isu Nuklir hingga Perkuat Hubungan Bilateral

Para perwakilan memberikan suara atas rancangan resolusi dalam pertemuan Dewan Keamanan di markas besar PBB di New York, pada 25 Maret 2024. (ANTARA/Xinhua/Xie E)

Teheran (ANTARA) - Presiden Iran Masoud Pezeshkian dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Rabu (24/9) mengadakan pembicaraan terkait isu nuklir Teheran dan hubungan bilateral.

Pertemuan tersebut berlangsung di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 di New York, menurut pernyataan yang dipublikasikan di laman situs Kantor Kepresidenan Iran.

Pezeshkian menekankan Iran tidak berniat mengembangkan senjata nuklir, dan menyuarakan kesiapan negaranya untuk mengadakan pembicaraan dengan pihak Eropa terkait isu nuklirnya dalam sebuah kerangka kerja yang dapat diterima.

Sementara itu, Macron menyatakan kesiapan negaranya untuk berupaya mencegah eskalasi situasi.

Dirinya menekankan tekad Prancis untuk menyelesaikan isu-isu dalam hubungannya dengan Iran, dan menyatakan Paris bersedia menjaga perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah serta mencegah meletusnya konflik.

Kedua presiden meninjau kembali hubungan bilateral dan menyatakan harapan bahwa, dengan penyelesaian perbedaan antara Iran dan Prancis di masa depan, landasan yang diperlukan akan ditetapkan bagi perluasan hubungan dan kerja sama bilateral, menurut pernyataan tersebut.

Pertemuan itu diadakan ketika Dewan Keamanan PBB pada Jumat (19/9) gagal mengadopsi resolusi yang akan melanjutkan pemberian keringanan sanksi bagi Iran berdasarkan kesepakatan nuklir 2015, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA).

Bulan lalu, Prancis, Inggris, dan Jerman mengaktifkan mekanisme balasan (snapback) JCPOA, yang memungkinkan sanksi-sanksi PBB kembali diberlakukan dalam waktu 30 hari jika Iran dinilai melanggar kesepakatan tersebut. Sanksi-sanksi itu diperkirakan akan mulai berlaku pada akhir bulan ini.

Sejak tahun lalu, Iran telah mengadakan sejumlah putaran pembicaraan dengan tiga negara Eropa, yang utamanya berfokus pada isu nuklir Teheran dan pencabutan sanksi.

JCPOA berada dalam tekanan sejak Amerika Serikat menarik diri secara sepihak pada 2018, yang mendorong Iran untuk secara bertahap mengurangi kepatuhannya.

Pewarta :
Editor: Vienty Kumala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.