Pekanbaru (ANTARA) - Jumlah titik panas (hotspot) di Provinsi Riau menurun menjadi 135 titik dari sebelumnya sempat mencapai 586 titik dalam beberapa hari terakhir, Rabu.
Kepala BPBD Riau M Edy Afrizal mengatakan penurunan jumlah hotspot ini terjadi di tengah kondisi cuaca yang masih diliputi musim kemarau dan suhu panas ekstrem.
“Memang saat ini kita sedang musim panas. Tapi Alhamdulillah mulai ada hujan turun, walaupun masih intensitas ringan dan sedang di beberapa daerah,” katanya.
Edy menyebut pemadaman kini difokuskan di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), karena titik api berada di lokasi yang sulit dijangkau tim darat.
Dua helikopter water bombing sudah diterjunkan, dan bantuan tambahan direncanakan tiba dalam waktu dekat.
“Di Rohul tim masih berupaya melakukan pemadaman, namun ketebalan asap sudah mulai berkurang. Helikopter diarahkan ke sana karena medan cukup berat,” ujarnya.
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) juga terus dilakukan siang dan malam dengan dua unit pesawat. Setiap ada potensi awan hujan, garam segera disemai di udara.
Lanjutnya, citra satelit menunjukkan sebaran asap kini hanya terbatas di sekitar lokasi kebakaran dan tidak lagi menyebar hingga ke negara tetangga seperti Malaysia.
Selain itu, Edy mengungkapkan adanya indikasi kebakaran sengaja dilakukan untuk perluasan lahan.
"Kita lihat yang terbakar itu semak belukar, tapi di sampingnya ada kebun sawit. Bahkan ada lompatan api yang turut membakar kebun sawitnya karena angin kencang,” ungkapnya.
Selain itu status tanggap darurat karhutla telah ditetapkan sejak Selasa (22/7) dan berlaku selama 14 hari ke depan. Pemerintah daerah akan mengevaluasi status tersebut secara berkala sesuai perkembangan di lapangan.