Teheran Tak Bergegas, Perundingan Nuklir dengan AS Butuh Waktu

id Iran, Perundingan nuklir

Teheran Tak Bergegas, Perundingan Nuklir dengan AS Butuh Waktu

Menteri Luar Negeri Iran Seyed Abbas Araghchi mengadakan konferensi pers di Istanbul, Turki, 22 Juni 2025. (Xinhua/Liu Lei)

Teheran (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi, menegaskan bahwa Teheran belum siap melanjutkan negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat. Dalam wawancara eksklusif dengan CBS News yang dipublikasikan pada Senin (30/6), Araghchi menyatakan Iran masih membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan langkah berikutnya di tengah situasi keamanan yang rapuh.

Pernyataan ini menjadi tanggapan langsung atas klaim Presiden AS Donald Trump yang menyebut bahwa perundingan dapat dimulai kembali paling cepat pekan ini. Araghchi meragukan pernyataan tersebut dan menekankan bahwa proses negosiasi tidak akan bisa berlangsung “secepat itu”.

Baca juga: Trump: Iran dan Israel hentikan perang karena sama-sama lelah

“Kami harus memastikan terlebih dahulu bahwa AS tidak akan kembali melancarkan serangan militer selama negosiasi berjalan,” tegasnya.

Menurut Araghchi, kondisi keamanan menjadi pertimbangan utama. Ia menyiratkan bahwa kepercayaan antara kedua negara masih sangat rapuh, terutama setelah gelombang serangan terbaru yang melibatkan kedua negara dan Israel.

Ketegangan memuncak sejak 22 Juni, ketika AS menggempur tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Iran pun membalas dengan menyerang Pangkalan Udara Al Udeid milik AS di Qatar.

Serangkaian serangan itu merupakan lanjutan dari konflik yang dipicu oleh Israel pada 13 Juni, saat Tel Aviv meluncurkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah kota di Iran. Kedua pihak akhirnya menyepakati gencatan senjata pada 24 Juni, hanya beberapa hari setelah putaran keenam negosiasi nuklir Iran-AS yang sedianya digelar di Muscat, Oman, pada 15 Juni, terpaksa dibatalkan.

Baca juga: Iran: Konflik dengan Israel Telan 935 Korban Jiwa

Meski situasi masih memanas, Araghchi menekankan bahwa “Peluang diplomasi tidak pernah sepenuhnya tertutup.”

Pernyataan ini membuka harapan bahwa pintu dialog masih terbuka, namun dengan syarat keamanan dan jaminan non-agresi dari pihak AS sebagai titik awal yang tidak bisa ditawar.

Pewarta :
Editor: Vienty Kumala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.