Pekanbaru, (Antarariau.com) - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Riau menyarankan industri hijau, terutama minyak sawit mentah serta "pulp and paper" harus cari pasar baru yang lebih menjanjikan dan dapat menerima produk hasil olahan dari provinsi tersebut.
"Jadi memang perlu strategi lain, katakanlah mencari pasar baru di luar pasar-pasar yang selama ini belum kita masuki," ujar Peneliti Ekonomi Madya Bank Indonesia Perwakilan Riau, Muhammad Abdul Majid Ikram di Pekanbaru, Minggu.
Menurut dia, ada beberapa pasar baru pada beberapa negara belahan dunia yang dinilai bagus untuk pemasaran produk CPO dan kertas dari Riau seperti di negara Rusia, Brazil dan Afrika Selatan dengan potensi pasar yang cukup besar.
Pihaknya menilai, ketiga negara tersebut masih sanggup dalam menyerap "pulp and paper" dari Riau. Selain itu, kampanye negatif yang dilakukan lembaga nonpemerintah seperti Greenpeace membuat pihaknya paham dan pemerintah sudah satu suara dalam menunjukkan kondisi lingkungan.
Walaupun Bank Indonesia tidak menutup mata atas peristiwa terjadi kebakaran lahan dan hutan di Riau, tetapi hal itu sudah ditangani pihak-pihak terkait, baik yang berada di daerah maupun di pusat dengan memiliki kosentrasi yang tinggi dalam hal penindakan.
"Kampanye negatif pasti ada, karena bukan hanya masalah lingkungan. Tetapi masalah persaingan dagang. Itu jelas, sebab orang tidak mau pasarnya diambil oleh orang lain. Jadi, bukan semata-mata masalah lingkungan," katanya.
Data terakhir Badan Pusat Statistik Provinsi Riau menyebut, nilai ekspor berdasarkan harga "free on board" pada bulan Juni 2014 mencapai 1,44 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 6,03 persen dibanding ekspor bulan Mei 2014 sebesar 1,54 miliar dolar AS.
Secara kumulatif nilai ekspor dari Riau pada Januari-Juni 2014 sebesar 8,45 miliar dolar AS atau turun sebesar 1,89 persen dibanding periode yang sama tahun 2013 sebesar 8,61 miliar dolar AS.
Bank Indonesia Perwakilan Riau menyatakan, penurunan angka ekspor tersebut yang salah satunya industri kertas menjadi negatif tahun ini dibanding tahun 2013, bukan semata-mata karena kampanye hitam yang dilakukan Greenpeace atau lembaga swadaya masyarakat yang lain.
Tetapi karena terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara Asia Timur yakni Tiongkok dan negara di kawasan Asia Selatan yakni India yang turut mempengaruhi ekspor industri hijau dari Provinsi Riau.
Berita Lainnya
Menperin siapkan insentif untuk para pelaku industri terkait kenaikan UMP
05 December 2024 10:31 WIB
Jakarta Fashion Hub, wadah kreativitas dalam industri fesyen berkelanjutan
04 December 2024 12:49 WIB
Akademisi: Indonesia berpotensi tinggi kembangkan industri dirgantara dalam negeri
26 November 2024 16:07 WIB
Raffi Ahmad ajak dukung Sam's Studios majukan industri film Indonesia
25 November 2024 16:44 WIB
Kemenperin terus ciptakan inovasi teknologi pendukung industri hijau
23 November 2024 14:21 WIB
PTDI-Embraer teken MoU perluas kolaborasi industri penerbangan komersial
18 November 2024 12:41 WIB
Potensi busana sopan Indonesia sebagai salah satu pemain utama di industri global
14 November 2024 12:41 WIB
Dinas Pariwisata Riau gencarkan hilirisasi industri pariwisata
13 November 2024 19:21 WIB