Washington (ANTARA) - Presiden AS Donald Trump terbuka untuk duduk bersama dengan mitranya dari Rusia dan Ukraina di Turki sebagai bagian dari inisiatif yang lebih luas untuk mengakhiri perang Kremlin terhadap tetangganya di Eropa Timur.
“Presiden telah menyatakan bahwa dia terbuka untuk itu jika memang diperlukan, tetapi dia menginginkan kedua pemimpin dan kedua belah pihak untuk duduk bersama di meja perundingan,” kata Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt kepada para wartawan, Senin (2/6).
Pernyataan tersebut disampaikan setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebelumnya pada hari yang sama menawarkan untuk mengadakan pertemuan puncak yang melibatkan dirinya dan para pemimpin dari ketiga negara tersebut.
Berbicara setelah rapat kabinet, Erdogan mengatakan “keinginan terbesarnya” adalah mempertemukan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Istanbul atau Ankara.
“Saya bahkan ingin membawa (Presiden AS Donald) Trump juga,” ujarnya, saat delegasi Rusia dan Ukraina bertemu di Istanbul untuk putaran kedua negosiasi.
“Itu benar-benar pertemuan yang luar biasa. Sebagai hasil dari pertemuan ini, meskipun sebelumnya telah terjadi pertukaran tahanan, kali ini jumlah pertukaran melebihi seribu,” ucap Erdogan.
“Selain melebihi seribu, juga ada pengembalian jenazah dari Rusia dan Ukraina di luar pertukaran tahanan ini. Angkanya juga sangat besar. Kami benar-benar bangga akan hal ini,” katanya menambahkan.
Erdogan menuturkan bahwa jika para pemimpin benar-benar bertemu di Turki, ia juga akan hadir dalam pertemuan itu.
“Sehingga kita bisa menjadikan Istanbul sebagai pusat perdamaian,” ujarnya.
Baca juga: Doland Trump cabut aturan "duty-free" bagi barang bernilai kecil asal China
Baca juga: Donald Trump berusaha capai gencatan senjata permanen dalam perang Ukraina
Sumber: Anadolu