Istanbul (ANTARA) - Delegasi Rusia dan Ukraina menyelesaikan perundingan mereka di Istanbul, Turkiye, pada Jumat (16/5), menyepakati penyelenggaraan putaran baru negosiasi dan pelaksanaan pertukaran tahanan skala besar.
Sebagai hasil utama dari pembicaraan selama dua jam tersebut, Rusia dan Ukraina sepakat melakukan pertukaran tahanan yang melibatkan 1.000 orang dari masing-masing pihak.
Menurut sumber-sumber diplomatik Rusia, Ajudan Presiden Vladimir Medinsky mengatakan bahwa pertukaran itu akan segera dilaksanakan. Dia juga menyatakan kepuasannya atas pertemuan tersebut dan menegaskan bahwa Rusia siap untuk melanjutkan dialog.
Medinsky mengatakan bahwa kedua belah pihak akan segera menyampaikan pandangan detail mereka tentang kemungkinan gencatan senjata, dan setelahnya negosiasi akan dilanjutkan.
Dia juga mengatakan bahwa Ukraina mengusulkan pembicaraan langsung antara kedua presiden, dan bahwa Rusia "memperhatikan" permintaan tersebut.
Delegasi Rusia dan Ukraina menyelesaikan perundingan mereka di Istanbul, Turkiye, pada Jumat (16/5),
Sementara itu, Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov, seperti dikutip oleh kantor berita yang dikelola pemerintah Turkiye Anadolu Agency, mengatakan bahwa kedua belah pihak berfokus pada tiga topik utama, yaitu gencatan senjata, pertukaran tawanan, dan peluang pelaksanaan konferensi tingkat tinggi (KTT) tingkat presiden di masa depan.
Perundingan di Istanbul ini menyusul usulan Putin pada Minggu (11/5) untuk melanjutkan negosiasi langsung dengan Ukraina. Zelensky sebelumnya mengatakan bahwa dia terbuka untuk melakukan pertemuan tatap muka dengan Putin. Namun, Kremlin mengatakan bahwa Putin tidak akan menghadiri perundingan tersebut.
Umerov menggambarkan kesepakatan pertukaran tawanan itu sebagai "pertukaran terbesar sejak perang dimulai."
Dalam sebuah unggahan di X, Menteri Luar Negeri Turkiye Hakan Fidan, yang memimpin negosiasi itu, menyatakan bahwa perundingan tersebut membuahkan beberapa hasil penting yang bertujuan untuk membangun kepercayaan dan membentuk fondasi bagi negosiasi di masa depan.
Dia mengatakan bahwa Rusia dan Ukraina sepakat untuk "berbagi dengan pihak lain secara tertulis mengenai kondisi-kondisi yang memungkinkan tercapainya gencatan senjata," dan mencapai kesepakatan "untuk mengadakan pertemuan lagi."
"Sebagai pihak Turkiye, kami akan terus melakukan segala upaya untuk mewujudkan perdamaian yang langgeng antara Rusia dan Ukraina," katanya.
Pembicaraan langsung antara Ukraina dan Rusia terakhir kali diadakan di Istanbul pada Maret 2022, di mana kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertempuran. Selesai
Baca juga: Rusia dapat berikan dukungan militer kepada Korea Utara 'jika diperlukan'
Baca juga: Prabowo Subianto-Manturov jadi momentum dorong dialog tingkat tinggi RI-Rusia