Pekanbaru, (Antarariau.com) - Perusahaan industri kehutanan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) memperbarui manajemen ketinggian air di lahan gambut dengan sistem pintu air otomatis.
Sistem ini diklaim mampu mencegah kebakaran lahan dan degradasi lingkungan, kata Deputy Director Sustainability RAPP, Dian Novarina, pada diskusi pengelolaan gambut di Pekanbaru, Jumat.
"Kami sedang menerapkan sensor pintu air otomatis karena untuk mempermudah mengelola konsesi perusahaan yang luas karena tidak mungkin setiap saat kami datang ke lokasi," katanya.
Diskusi tersebut dihadiri Guru besar ekologi hutan Universitas Kyoto Jepang Profesor Hisao Furukawa dan Profesor Isamu Yamada, serta pakar tanah dan gambut IPB Dr. Basuki Sumawinata.
Menurut Dian Novarina, perusahaan menerapkan manajemen pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan tidak main-main dalam melakukan investasi untuk mendukungnya.
Manajemen tata kelola air tersebut jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pembukaan kanal oleh perambah hutan, karena memperhatikan kontur geografi dan mencegah air di lahan gambut terkuras yang berpotensi memicu kebakaran.
"Pintu air ini menggunakan sensor, kalau air (kanal) terlalu rendah maka pintu air akan menutup secara otomatis dan begitu juga sebaliknya," katanya.
Ia mengatakan, pengoperasian pintu air akan dipantau terus di ruang kontrol khusus yang sistemnya tersambung langsung menggunakan satelit. "Jadi monitoring secara real time dan akurat," katanya.
Hanya saja Dian belum bersedia membeberkan nilai investasi dalam teknologi canggih tersebut.
Menurut dia, seluruh perusahaan dari grup Asia Pacific Resources International Limited (APRIL), termasuk di dalamnya RAPP, menerapkan manajemen tata kelola air "ecohydro" yang biaya investasinya tidak sedikit di konsesi seluas sekitar 400 ribu hektare.
"Biaya pengelolaanya berkisar 1.500 hingga 2.000 dolar AS per hektare," katanya.
Guru besar ekologi hutan Universitas Kyoto Jepang, Profesor Hisao Furukawa, menilai pengelolaan gambut oleh industri kehutanan di Indonesia makin membaik dan aman untuk lingkungan.
Ia mengatakan hal itu setelah bersama koleganya Profesor Isamu Yamada dan pakar tanah dan gambut IPB Dr. Basuki Sumawinata melakukan studi banding pada areal Hutan Tanaman Industri (HTI) RAPP, yang berada di lahan gambut di Pelalawan, Riau selama dua hari terakhir.
"Kunci dari pengelolaan gambut adalah tata air untuk mencegahnya mengalami kekeringan dan subsidensi. Pemilihan jenis tanaman juga menentukan demi mengoptimalkan produksi tanaman yang dibudidayakan," kata Furukawa.
Bahkan, Furukawa mengaku terkejut dengan pertumbuhan ekonomi yang ditopang dari industri kehutanan di Pelalawan.
Ia menyatakan saat pertama kali berkunjung 30 tahun lalu, hanya ada 1-2 rumah dengan jarak yang berjauhan.
"Kini ada banyak bangunan, toko, dan kesejahteraan masyarakat tumbuh pesat. Hal itu diperoleh dari pengelolaan lahan gambut yang baik," katanya.
Berita Lainnya
APRIL Group mulai uji operasional pabrik kertas kemasan berkelanjutan bernilai investasi Rp33,4 triliun
18 January 2024 10:53 WIB
Komitmen Wujudkan Net Zero Emission, Grup APRIL Dukung Investasi Hijau dan Transisi Energi
13 September 2022 9:44 WIB
Pemprov dan Polda Riau siap kawal investasi pabrik kertas ini
29 March 2022 23:28 WIB
APRIL group investasi pabrik kemasan kertas berkelanjutan
29 March 2022 17:47 WIB
Gubernur apresiasi investasi pemda dan swasta di Riau
02 November 2021 18:34 WIB
Pelalawan daerah dengan realisasi investasi terbesar di Riau, inilah industri yang paling berperan
10 February 2020 15:40 WIB
Bupati Siak ajak warga Siak dukung keberadaan investasi
22 March 2019 14:50 WIB
RAPP investasi 'Biofuel Methanol'
22 March 2012 7:41 WIB