Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Korea Selatan akan menyalurkan likuiditas tambahan senilai 2 triliun won atau sekitar Rp23 triliun ke industri otomotif lokal yang menghadapi tantangan akibat pemberlakuan tarif impor mobil 25 persen oleh pemerintahan Amerika Serikat (AS) menurut pernyataan kementerian terkait pada Rabu.
Menurut siaran kantor berita Yonhap pada Rabu, Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan menyatakan bahwa dengan tambahan likuiditas tersebut pemerintah tahun ini berencana memberikan total 15 triliun won (sekira Rp171 triliun) dalam pembiayaan kebijakan kepada produsen mobil dan suku cadang otomotif Korea Selatan.
Amerika Serikat mulai memberlakukan pajak tinggi pada semua kendaraan buatan luar negeri pekan lalu.
Pemberlakuan kebijakan tersebut berdampak pada Korea Selatan selaku pengekspor kendaraan dan produk otomotif ke AS.
Menurut data pemerintah, nilai ekspor mobil Korea Selatan ke AS tahun lalu mencapai 34,7 miliar dolar AS (sekitar Rp588 triliun), mencakup hampir setengah dari nilai total ekspor otomotif negara itu.
Korea Selatan juga mengekspor suku cadang mobil ke AS. Nilai ekspor suku cadang mobilnya ke Amerika Serikat pada 2024 mencapai 8,2 miliar dolar AS (sekitar Rp139 triliun).
Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan menyampaikan bahwa produsen mobil besar kemungkinan akan mengalami penurunan penjualan akibat penerapan tarif impor AS, dan produsen suku cadang kecil dan menengah diprediksi menanggung dampak lebih serius.
Guna meminimalkan kerugian, pemimpin industri lokal Hyundai Motor Co. dan Kia Corp. berencana membuat program dukungan keuangan senilai 1 triliun won (sekira Rp11,4 triliun) bersama bank-bank besar Korea guna membantu perusahaan otomotif yang terdampak, sejalan dengan rencana dukungan pemerintah.
Selain memberikan dukungan likuiditas, pemerintah Korea Selatan berencana meninjau langkah-langkah untuk memacu pasar otomotif domestik, seperti memperluas subsidi untuk kendaraan listrik dan memperpanjang diskon pajak untuk pembelian kendaraan baru.
Korea Selatan juga akan berupaya mendiversifikasi tujuan ekspor otomotif ke kawasan Global Selatan melalui perluasan kemitraan ekonomi dengan Uni Emirat Arab, Meksiko, dan negara-negara lainnya.
Dalam upaya untuk mendukung pertumbuhan industri yang lebih berkelanjutan, pemerintah Korea Selatan akan menetapkan teknologi mengemudi otonom sebagai salah satu teknologi strategis nasional guna memberikan insentif untuk proyek penelitian dan pengembangan serta investasi fasilitas di bidang tersebut.
Pemerintah Korea Selatan akan mendukung penuh rencana Hyundai Motor Group untuk menginvestasikan 24,3 triliun won (sekitar Rp278 triliun) tahun ini dalam pembangunan fasilitas manufaktur kendaraan elektrik dan pengembangan teknologi kendaraan berbasis perangkat lunak.
Pemerintah juga akan menginvestasikan dana 500 miliar won (sekitar Rp5,7 triliun) untuk mengamankan rantai pasok komponen kunci mobilitas masa depan.
Selain itu, pemerintah akan menyusun peta jalan pengembangan teknologi mobil otonom pada semester pertama tahun ini dan rencana lima tahun untuk memacu pertumbuhan pasar mobilitas masa depan pada kuartal ketiga.
Pemerintah Korea Selatan juga akan mendorong penjualan kendaraan otonom Level 4, yakni kendaraan dapat mengemudi sendiri dalam sebagian besar situasi tanpa intervensi manusia.