Para pelaku UMKM masih optimistis bisa meraup untung selama Ramadhan tahun ini

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, UMKM

Para pelaku UMKM masih optimistis bisa meraup untung selama Ramadhan tahun ini

Salah satu pendiri dan penasihat UKMINDONESIA.ID ⁠Dewi Meisari Haryanti (kiri) berbicara dalam sebuah sesi diskusi yang digelar di Jakarta Selatan pada Selasa (25/2/2025). (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)

Jakarta (ANTARA) - Kendati daya beli masyarakat dinilai menurun, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih optimistis bisa meraup keuntungan pada bulan Ramadhan tahun ini menurut hasil survei platform komunitas UMKM.

"Kami bikin polling dan (pelaku UMKM) masih optimis profit masih bisa ditingkatkan atau minimal bertahan gitu. Itu paling gede hasil polling-nya," kata salah satu pendiri dan penasihat platform komunitas UKMINDONESIA.ID Dewi Meisari Haryanti di Jakarta Selatan pada Selasa.

Menurut dia, kesimpulan itu didapat berdasarkan hasil survei mandiri yang melibatkan 4.500 responden.

Sebanyak 3.200 responden atau sekitar 71 persen dari peserta survei mengaku optimistis masih bisa meningkatkan keuntungan pada bulan Ramadhan tahun ini.

"Jadi sekitar 70-an persen itu masih merasa optimis dengan kemampuan mereka untuk menaikkan omset," kata Dewi.

Menurut Dewi, para pelaku UMKM optimistis bisa meraup untung setelah melihat tren pemesanan ulang dari pelanggan.

Guna meningkatkan peluang mereka meraup keuntungan selama bulan Ramadhan, para pelaku usaha berupaya menghadirkan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan menggencarkan pengiklanan produk di platform digital.

"Mereka lihat dari repeat order-nya. Kalau dilihat dari tingkat repeat order-nya lumayan. Terus, mereka nyoba iklan, ada yang nyoba iklan CTWA (Click to WhatsApp Ads) juga. Itu ada beberapa," kata Dewi.

Ekonom dan pengamat kebijakan publik dari UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat menyebut angka deflasi Januari 2025 yang sebesar 0,76 persen sebagai sinyal penurunan daya beli masyarakat.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa deflasi disebabkan oleh diskon tarif listrik 50 persen bagi pelanggan rumah tangga dengan daya hingga 2.200 VA.

Namun, Achmad menganggap angka deflasi itu sebagai indikasi penurunan permintaan domestik.

"Analisis lebih dalam mengungkapkan bahwa meskipun faktor ini berkontribusi pada penurunan indeks harga konsumen, angka deflasi yang signifikan ini merupakan bukti nyata dari melemahnya daya beli masyarakat," katanya.

Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terus mengalami penurunan sejak pertengahan 2024, mencerminkan kehati-hatian masyarakat dalam berbelanja.

Inflasi tahunan yang menurun dari 3,00 persen pada April 2024 menjadi hanya 2,12 persen pada Januari 2025 dinilai memperkuat indikasi melemahnya konsumsi rumah tangga.

Baca juga: Sambut Ramadhan, Shopee beri dukungan bagi pelaku UMKM baru berjualan online

Baca juga: Rumah BUMN dukung UMKM Indonesia dan ajak pengunjung untuk dukung produk lokal di pameran INACRAFT 2025