Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangunan pembangkit listrik baru berdaya 68 gigawatt (GW) dalam satu dekade ke depan.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung dalam acara Electricity Connect 2024 di Jakarta, Rabu, menyatakan pembangkit listrik baru tersebut akan dibangun dengan porsi energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 47 GW.
"Untuk kebutuhan pembangkit 10 tahun ke depan (sebesar 68 GW), kita membutuhkan investasi sekitar Rp600 triliun," kata dia.
Menurut dia, pembuatan pembangkit listrik baru dengan porsi EBT yang lebih besar itu bertujuan untuk menyukseskan transisi energi, sehingga bisa mewujudkan karbon bersih (net zero emissions/NZE) pada 2060.
Wamen Yuliot mengatakan selain membangun fasilitas pembangkit listrik sebesar 68 GW, pemerintah juga membangun saluran transmisi dalam satu dekade sepanjang 50.000 kilometer, termasuk tegangan ekstra tinggi 500 kilowatt (kW) sepanjang 10.000 kilometer.
"Jumlah investasi yang butuhkan untuk pembangunan transmisi ini sekitar Rp400 triliun," katanya.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu menambahkan pemerintah sudah membahas secara intens dengan PLN untuk membuat rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) dalam satu dekade ke depan.
"Kita butuh Rp400 triliun untuk transmisi sama gardu induknya. Jadi akan kita petakan mana yang prioritas," katanya.
Pemerintah Indonesia telah menerapkan target mengurangi emisi gas rumah kaca melalui implementasi peningkatan target pengurangan emisi karbon secara total (enhanced-nationally determined contribution/E-NDC) dari 29 persen atau 835 juta ton karbon dioksida, menjadi 32 persen atau 912 juta ton CO2 pada 2030.