Washington (ANTARA) - Amerika Serikat mengatakan pihaknya akan menunggu hasil dari penyelidikan Israel atas pembunuhan warga negara Turki-Amerika Aysenur Ezgi Eygi sebelum menentukan apakah ada tindakan pantas untuk dijatuhkan terhadap tentara Israel yang terlibat.
"Kami akan menunggu untuk memberikan penilaian tentang langkah apa yang harus diambil selanjutnya, hingga kami menerima hasil investigasi tersebut," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller kepada wartawan, Jumat (13/9).
Miller mengatakan investigasi Israel terhadap pembunuhan Eygi harus “menyeluruh,” “cepat,” dan “transparan."
"Kami akan membuat keputusan apa pun setelah investigasi itu selesai," ujarnya, menambahkan.
Dia juga mengulangi pernyataan Menlu Antony Blinken sebelumnya bahwa AS berharap pasukan Israel membuat perubahan pada aturan keterlibatan.
Ketika ditanya oleh Anadolu apakah akan ada konsekuensi jika Israel membunuh warga negara AS, Miller menjawab, "Tunggu hasil investigasi untuk mengetahui apakah perlu ada konsekuensi pidana khusus bagi individu yang terlibat".
"Kami sudah membaca laporan soal penggunaan kekuatan berlebihan oleh pasukan keamanan Israel terhadap warga Palestina dan kini ada dua warga negara Amerika meninggal, dan kami ingin hal itu segera berakhir," tutur Miller.
"Itulah sebabnya kami menginginkan ada perubahan pada aturan keterlibatan," imbuhnya.
Eygi, 26 tahun, seorang warga negara Turki-AS, dibunuh oleh pasukan Israel pada 6 September saat melakukan protes damai terhadap permukiman ilegal Israel dekat Nablus di Tepi Barat yang diduduki.
Menurut penyelidikan awal tentara Israel pada Selasa (10/9), Eygi disebutkan "sangat mungkin" terkena tembakan Israel "secara tidak langsung dan tidak sengaja" yang menargetkan seorang provokator utama selama protes tersebut.
Namun, bukti video dan keterangan saksi mata bertentangan dengan versi Israel tentang kejadian itu.
Laporan terbaru surat kabar The Washington Post mengungkapkan bahwa Eygi ditembak lebih dari 30 menit setelah puncak konfrontasi di Beita.
Penembakan yang dialami Eygi juga terjadi sekitar 20 menit setelah para pengunjuk rasa bergerak sekitar 183 meter di jalan utama, menjauh dari pasukan Israel.
Pihak keluarga mengatakan bahwa Eygi terbunuh karena menjadi target serangan. Mereka meminta pemerintah AS melakukan penyelidikan secara independen atas kematian Eygi, seperti yang dilakukan oleh pemerintah Turki.
Eygi, lahir di Antalya, Turki, pada 1998. Saat masih bayi, ia dibawa keluarganya pindah ke AS bersama.
Eygi lulus pada Juni dari Universitas Washington, tempat ia belajar psikologi serta bahasa dan budaya Timur Tengah.
Ia tiba di Tepi Barat Selasa lalu untuk menjadi relawan Gerakan Solidaritas Internasional (ISM) sebagai bagian dari upaya untuk mendukung dan melindungi para petani Palestina.
Baca juga: Tepi Barat terus diserang tentara Israel, warga di kamp pengungsi Far'a tewas
Baca juga: Senator Sanders kembali desak Amerika Serikat berhenti mendanai perang Israel
Berita Lainnya
Presiden Jokowi enggan putuskan hal strategis jelang purna tugas
03 October 2024 17:04 WIB
Menlu Retno Marsudi sebut sedikitnya 20 WNI sudah dievakuasi dari Lebanon
03 October 2024 16:47 WIB
Pembalap Yamaha Quartararo sebut timnya alami peningkatan jelang MotoGP Jepang
03 October 2024 16:39 WIB
Mitra pendukung payroll system, BRK Syariah terima penghargaan dari Baznas Riau
03 October 2024 16:28 WIB
Band rumahsakit gelar tur pertunjukan untuk rayakan 30 tahun karier
03 October 2024 16:19 WIB
Utusan China untuk PBB desak aksi untuk redam ketegangan Lebanon-Israel
03 October 2024 16:01 WIB
Bulog dukung penggunaan teknologi untuk bangun pertanian berkelanjutan
03 October 2024 15:43 WIB
Anak-anak Afghanistan bekerja keras di tempat pembakaran batu bata
03 October 2024 15:20 WIB