Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan bawang hitam yang dapat digunakan sebagai metode terapi penyakit diabetes dan kardiovaskular.
Melalui gelar wicara yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu, Peneliti Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN Ahmad Fauzantoro memaparkan penggunaan bawang putih yang difermentasi menjadi bawang hitam dipilih karena memiliki kandungan senyawa hidrogen sulfida (H2S) yang berkhasiat dalam terapi pengobatan penyakit tersebut.
"Berdasarkan berbagai riset, ada korelasi penyakit-penyakit tersebut dengan H2S. Menurunnya H2S bisa mengurangi kelenturan pembuluh darah, yang mengakibatkan resistensi insulin yang dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes, jantung, dan stroke," katanya.
Fauzan memaparkan senyawa H2S sejatinya bisa dihasilkan oleh tubuh jika dalam keadaan sehat, karena senyawa tersebut terdapat pada gas yang dikeluarkan oleh manusia melalui saluran pencernaan.
Namun pada kondisi tertentu, lanjutnya, senyawa tersebut bisa saja tidak dihasilkan secara alami oleh tubuh, akibat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia dan gaya hidup tidak banyak bergerak atau sedentary lifestyle.
Kondisi tersebut, kata Fauzan, dapat meningkatkan hormon Plasminogen Activator Inhibitor-1 (PAI-1) yang mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah dan resistensi insulin pada manusia.
"Ibarat pembuluh darah ada sumbatannya, maka jantung keras untuk memompa darah. Jika pembuluh darah ini tidak kuat, maka akan pecah. Ketika pecah itulah yang dinamakan peristiwa terjadinya stroke," ujarnya.
Oleh sebab itu Fauzan menyebutkan para penderita penyakit diabetes dan kardiovaskular harus memperoleh senyawa H2S tersebut melalui sumber lainnya, salah satunya yakni melalui makanan.
Penelitian, lanjutnya, menyebutkan terdapat tujuh jenis kategori makanan yang mengandung senyawa tersebut, salah satunya melalui sayuran berjenis allium vegetable atau bawang-bawangan seperti bawang merah, bawang putih, bawang bombay, serta daun bawang.
Adapun bawang hitam, jelas Fauzan, merupakan bentuk fermentasi dari bawang yang diperoleh melalui teknologi pemanasan bertahap serta infra merah jarak jauh atau far infrared.
Adapun kelebihan pada produk yang dikembangkannya, kata dia, memiliki kandungan S-Allyl-Cysteine (SAC) yang bisa mereaksi pembentukan senyawa H2S yang lebih banyak hingga 4,5 kali lipat dibandingkan produk serupa asal Korea dan Jepang.
Produk tersebut, lanjut Fauzan, terbukti menjaga kesehatan sejumlah pasien pada masa pandemi COVID-19 yang lalu, dan terus dikembangkan hingga sekarang menjadi berbagai jenis produk seperti ekstrak cair, saus bawang hitam, bawang jahe merah, serta aditif antidiabetes xanthan gum.
Fauzan berharap produk tersebut dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat, guna menangani berbagai permasalahan penyakit secara alami.
Baca juga: Waspadai penyebab diabetes mellitus pada anak
Baca juga: Studi terbaru sebut pekerja pada waktu (shift) malam rentan kena diabetes dan obesitas