Pengamat: Kepulauan Riau jadi motor pertumbuhan ekonomi Indonesia

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, Batam

Pengamat: Kepulauan Riau jadi motor pertumbuhan ekonomi Indonesia

Foto udara menunjukkan ikon Kota Batam (ANTARA/Jessica)

Batam (ANTARA) - Pengamat ekonomi dari Universitas Internasional Batam (UIB), Kepulauan Riau, Suyono menyebutkan Provinsi Kepri menjadi motor pertumbuhan ekonomi Indonesia antara lain karena banyaknya kawasan ekonomi khusus (KEK) berada di daerah itu.

Ia menyebutkan di Kepri ada tiga KEK aktif yaitu KEK Nongsa, KEK Batam Aero Technic (BAT) dan KEK Galang Batang.

"Kepri itu paling banyak KEK di Indonesia. Di Kepri sekarang ada tiga KEK, lalu ada tambahan dua KEK baru, KEK kesehatan dan KEK Tanjung Sauh," ujar Suyono di Batam, Jumat.

KEK Pariwisata Kesehatan Internasional Batam yang diinisiasi oleh PT Karunia Praja Pesona dengan komitmen realisasi investasi Rp6,91 triliun dan serapan tenaga kerja sebanyak 105.406 orang.

KEK Tanjung Sauh yang diusulkan oleh PT Batamraya Sukses Perkasa dengan komitmen realisasi investasi Rp199,6 triliun dan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 366.087 orang sampai dengan tahun 2053.

Kemudian KEK Nipa di Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau. KEK ini difungsikan untuk industri logistik dan distribusi pengembangan energi, dengan memiliki komitmen target investasi sebesar Rp16,46 triliun dan diproyeksikan menyerap tenaga kerja hingga 40.949 orang sampai dengan 50 tahun.

Menurutnya, salah satu target pemberian fasilitas KEK adalah menarik investor masuk ke wilayah tersebut, sesuai dengan fokus dari industri yang dibangun di kawasan KEK.

Lebih lanjut ia menjelaskan berdasarkan istilah pemerintah, KEK adalah fasilitas utama (ultimate facility) yang merupakan fasilitas paling tinggi dari seluruh kawasan yang dikembangkan di Indonesia.

"Karena paling banyak fasilitasnya dan insentif yang diberikan pemerintah, ada insentif fiskal, bisa dapat pembebasan pajak, bisa dapat pengeluaran pajak, dan seluruh insentif fiskal lainnya yang dijanjikan pemerintah yang diatur dalam UU, yang diberikan di kawasan KEK," kata dia.

Tidak hanya insentif fiskal, KEK juga mendapatkan insentif non fiskal seperti seperti kemudahan perizinan hingga birokrasi.

"Jadi investor yang masuk ke kawasan KEK itu diberikan semacam privilege, bahwa mereka datang masuk, menginvestasikan uangnya dan diberikan kemudahan," kata Suyono.

Selain itu, dalam mengembangkan KEK yang dapat menarik banyak investor juga diperlukan banyak syarat terutama kesiapan infrastruktur, seperti jalan, telekomunikasi, energi dan lainnya.

"Energi juga menjadi salah satu poin penting dalam KEK, karena tanpa energi, orang (investor) tidak akan masuk. Kalau energinya susah bagaimana investor mau bangun pabrik, masukkan mesin dan sebagainya," kata Suyono.

Baca juga: ASDP Batam buka pemesanan tiket daring untuk antisipasi terjadinya antrean panjang

Baca juga: Sandiaga Uno harapkan The Batam Golf Challenge jadi wadah pegolf amatir