Pelalawan (ANTARA) - Berbagai proses panjang dan rinci dilakukan guna memperoleh serat kayu yang baik yang menjadi bahan baku bubur kertas (pulp) dan kertas di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Kabupaten Pelalawan.
Tak hanya sekedar menanam pohon, proses teliti dilakukan mulai dari pemilihan bibit dari tanaman induk Acacia dan Eucalyptus. Perlakuan yang diberikan kepada induk pun amat rinci, mulai dari pemberian air, pupuk hingga suhu yang didapatkan.
Proses dimulai dengan pemilihan bibit dari induk Eucalyptus dan Acacia. Tiap 5-7 hari pucuk induk akan dipanen dan siap ditanam di media baru.
"Tanaman induk tak ditanam menggunakan tanah, melainkan pasir sungai. Penyiraman dan pemupukan kami lakukan dengan sistem irigasi tetes yang sudah diatur waktunya," terang Nursery Head PT RAPP, Cosa Andriansaat ditemui, Rabu (10/7).
Dijelaskan Cosa, air dan pupuk akan keluar dari tiap lubang berjarak 20 cm yang berada di selang tetesan. Air dalam jumlah pas diberikan kepada tanaman induk, tak lebih dan tak kurang.
"Penyiraman dilakukan tergantung cuaca, namun normalnya sekitar 3-4 kali per hari," lanjutnya.
Tentu pengelolaan hama juga menjadi perhatian penting di tahap awal ini. Lem perangkap berwarna kuning dan biru ditancapkan di antara tanaman induk.
Ternyata berdasarkan hasil riset, didapati bahwa hama tertentu menyukai warna tertentu. Inilah yang mendasari pemilihan warna kuning dan biru untuk mengatur populasi hama.
Tak hanya itu, saat hujan turun maka atap akan tertutup otomatis 100 persen agar tanaman induk tak mendapatkan kelebihan air.
Untuk memastikan induk tumbuh dengan baik, PT RAPP menggunakan teknologi retractable roof atau atap kravo yang dilengkapi dengan sensor perubahan cuaca.
“Apabila suhu di atas 38 derajat Celsiusmaka atap akan menutup 90 persen. Apabila di bawah38 derajat, atap dibuka karena tanaman membutuhkan sinar matahari. Ini agar mengoptimalkan pertumbuhan tanaman induk," papar Cosa.
Salah satu teknik produksi pembibitan yaitu melalui stek pucuk yang disiapkan dan dijaga kesegarannya sebelum dipindahkan ke media tanam lain dan diberikan hormon akar.
"Media tanah yang kita gunakan 80 persen dari sabut kelapa, dan 20 persen dari sekam padi. Dua media ini dicampur dengan pupuk yang akan tahan 3-4 bulan," ujar Cosa.
Tak berhenti di sana, bibit kemudian disimpan di rooting area atau area perakaran selama 21 hari. Mereka dikelompokkan sesuai tinggi agar tiap individu tanaman mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh sinar matahari dan nutrisi.
Selama rentang waktu tersebut, tanaman terus dijaga kelembabannya. Pada 7 hari pertama tanaman yang baru dipotongakan disiram otomatis tiap 2,5 menit. Durasi penyiraman akan meningkat pelan-pelan agar calon bibit mampu beradaptasi sebelum ditanam di area terbuka.
"Di sini kunci suksesnya. Semakin kita bisa menjaga kelembabannya dan perakaran bagus, berarti sukses. Tingkat perakaran tinggi harus di kisaran 86-90 persen," urainya.
Dijelaskan Cosa, ada delapan kriteria yang harus dipenuhi bibit agar lulus, yaitu tinggi minimal 18 cm, batang harus tegak lurus dan keras, memiliki 3 pasang daun sehat, tidak ada serangan hama dan penyakit, dan yang terpenting perakaran.
Kemudian bibit-bibit ini diseleksi dan diverifikasi ulang oleh tim best practice untuk memastikan hanya bibit terbaiklah yang akan keluar dari pusat pembibitan untuk ditanam di area terbuka.
Cosa mengatakan, mulai dari proses perawatan induk hingga verifikasi ini memakan waktu total sekitar 8-9 minggu lamanya.
"Kita meyakini bahwa bibit terbaik, ditanam dengan cara yang terbaik maka akan menghasilkan hutan tanaman yang baik pula untuk dipanen kayunya sebelum diproduksi menjadi pulp dan kertas," tambahnya.
Proses yang teliti ini bahkan membuat Presiden RI Joko Widodo terkesan saat menyempatkan diri mengunjungi dan melihat langsung tiap proses di Kerinci Center Nursery 2. Kesan baik inilah yang kemudian dituangkan dengan kerjasama antara April Group, KLHK dan PUPR untuk membangun pusat persemaian baru di Rumpin, Jawa Barat.