Warga Serahkan 3.000 Hektare Lahan Tesso Nilo

id warga serahkan, 3000 hektare, lahan tesso nilo

Warga Serahkan 3.000 Hektare Lahan Tesso Nilo

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Tiga kelompok warga yang mengklaim kepemilikan tanah di Taman Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau, akhirnya menyerahkan secara sukarela lahan seluas sekitar 3.000 hektare tersebut kepada pemerintah untuk dihutankan kembali.

Kepala Balai Taman Nasional (TN) Tesso Nilo, Tandya Tjahjana kepada Antara, Minggu mengatakan tiga kelompok warga tersebut sebelumnya ada yang mengklaim kepemilihan lahan di dalam Tesso Nilo dan sudah memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Menurut dia, sekira 50 persen dari ribuah hektare lahan yang telah diserahkan itu sudah berbentuk kebun kelapa sawit.

"Meski ada sertifikat dari BPN, kalau ditelusuri dengan seksama, ternyata ada yang keberadaanya juga bermasalah. Dan terlepas dari penyerahan secara sukarela itu, kami menegaskan bahwa regulasi terkait kehutanan harus ditegakkan," ujarnya.

Menurut Tandya, berdasarkan Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, aktivitas konversi kawasan hutan taman nasional dikategorikan pencaplokan dan perambahan.

Ia mengatakan, sekitar 200 hektare kebun sawit yang sudah diserahkan tersebut langsung dibongkar. Pembongkaran lahan sawit itu dilakukan melalui sebuah operasi terpadu yang melibatkan 200 personel gabungan dari Balai TN Tesso Nilo, SPORC Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Riau, Brimob Polda Riau, Polres Pelalawan, TNI hingga Kejaksaan.

Tandya mengatakan seluruh lahan telah diserahkan kembali ke negara dan tanaman sawitnya sudah dibongkar akan dikembalikan seperti ekosistem semula, yakni ditanami dengan tanaman yang ada di hutan. "Masyarakat sekitar taman nasional, termasuk yang dulu merambah akan kita libatkan dalam proses mengembalikan ekosistem ini. Kami merencanakan ada pola kemitraan sehingga masyarakat tetap bisa beraktivitas," ujarnya.

Selain melakukan pembongkaran kebun sawit, ia mengatakan operasi tersebut juga bertujuan untuk membuat batas di taman nasional dengan lahan di luar kawasan konservasi. Caranya adalah dengan menggali parit yang untuk tahap awal ditargetkan mencapai panjang 5-7 kilometer serta lebar dan dalamnya sekitar dua meter.

TN Tesso Nilo merupakan kawasan konservasi dataran rendah yang menjadi habitat asli bagi gajah Sumatra (elephant maximus sumatranus) yang berdasarkan estimasi WWF terdapat sekitar 100 ekor di daerah tersebut. Kawasan itu memiliki tingkat keanekaragaman hayati sangat tinggi dimana ditemukan sekitar 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku untuk setiap hektarenya.

Kementerian Kehutanan menetapkan Tesso Nilo sebagai kawasan konservasi Taman Nasional, yang sebelumnya merupakan hutan produksi terbatas, dengan luas mencapai 83.068 hektare. Sebagian besar kawasan itu berada di Kabupaten Pelalawan, sebagian kecil di Kabupaten Indragiri Hulu.

TN Tesso Nilo sempat mengalami perluasan dari tahap pertama berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: SK.255/Menhut-II/2004 seluas 38.576 Ha, kemudian melalui SK Menteri Kehutanan Nomor: SK 663/Menhut-II/2009 ditambah sekitar 44.492 Ha.

Namun, kondisi TN Tesso Nilo makin memprihatinkan karena berdasarkan survei terakhir WWF pada 2011, kawasan hutan sudah berubah menjadi kebun kelapa sawit mencapai 15.714 ha. Pembalakan liar yang baru terjadi juga mengakibatkan 1.534 ha hutan gundul, dan 3.846 ha sudah tinggal semak belukar.

Sedangkan, alih fungsi menjadi kebun karet mencapai 328 ha dan penggunaan untuk fungsi lainnya seluas 34 ha.

"Penyerahan lahan ini harus diapresiasi karena ada kesadaran dari masyarakat mengenai keberadaan Taman Nasional Tesso Nilo. Semoga hal ini bisa menjadi awal bagus untuk menyelesaikan masalah perambahan disana agar yang lainnya juga melakukan yang sama, karena yang punya sertifikat saja sudah sadar bahwa apa yang mereka miliki adalah ilegal," kata Humas WWF Program Riau, Syamsidar.