Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan inflasi bulanan terjaga pada April 2024, yakni tercatat 0,25 persen, merupakan berkat hasil sinergi dan kerja sama seluruh pemangku kepentingan dalam upaya menstabilkan harga pangan.
“Ini buah hasil kerja keras kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, para asosiasi, dan seluruh stakeholder pangan, sehingga terlihat hasil positifnya dan terbukti mampu meredam laju inflasi di April, terutama sektor pangan. Kita ketahui bersama, pada April lalu bertepatan dengan momen Ramadhan dan Lebaran,” kata Arief dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.
Dia menyampaikan inflasi pada April 2024 yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) lebih rendah secara bulanan dan secara tahunan. Tingkat inflasi nasional secara bulanan berada di 0,25 persen.
Sementara inflasi menurut komponen harga bergejolak seperti cabai merah, beras, telur ayam ras, dan cabai rawit tercatat mengalami deflasi sebesar 0,31 persen.
Arief menyebutkan bahwa berdasarkan data BPS andil inflasi secara bulanan beberapa komoditas pangan di April 2024 antara lain bawang merah -0,14 persen, beras -0,12 persen, telur ayam ras -0,06 persen, dan cabai rawit -0,04 persen.
Menurut Arief adanya tren deflasi komoditas pangan pokok tersebut, salah satunya dipengaruhi oleh berbagai program intervensi yang dilakukan pemerintah selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
Lebih lanjut Arief mengatakan menjelang Lebaran, pihaknya mengimplementasikan operasi pasar murah melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) yang terus digencarkan.
GPM serentak dilaksanakan di berbagai daerah diiringi pula dengan memastikan stok pangan senantiasa tersedia di pasar, misalnya beras program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) oleh Bulog.
Selain itu, program bantuan pangan beras 10 kg yang terus disalurkan kepada 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) khususnya masyarakat berpendapatan rendah di seluruh Indonesia.
“Kebijakan relaksasi dan fleksibilitas harga yang kita terapkan juga telah memberi kepastian bagi pemasok dan pelaku usaha dalam rantai pasok pangan nasional, terutama di pasar ritel modern. Ini dilakukan semata-mata agar masyarakat luas dapat memperoleh akses pangan yang mudah dan terjangkau,” jelas Arief.
Per 26 April 2024, lanjut Arief mengatakan, Bapanas bersama pemerintah daerah dan segenap pemangku kepentingan di bidang pangan telah menyelenggarakan GPM sebanyak 4.020 kali di 37 provinsi dan 401 kabupaten/kota.
“Ini masih terus dilanjutkan berupa kolaborasi Bapanas dengan Kementerian Pertanian dan stakeholder pangan dengan menghelat GPM di 63 titik di area Jakarta plus 2 Pasar Mitra Tani Hortikultura mulai 29 April sampai 8 Mei mendatang,” tutur Arief.
Dia juga menyebutkan bahwa realisasi beras program SPHP oleh Bulog per 25 April telah menyentuh di angka 650 ribu ton dari target 1,2 juta ton di 2024. Selanjutnya, bantuan pangan beras tahap pertama per 26 April pun telah mencapai 647 ribu ton atau 98,08 persen.
Lebih lanjut, bantuan penanganan stunting yang dikerjakan oleh ID FOOD dalam bentuk paket daging ayam beku seberat 0,9 sampai 1 kg dan 10 butir telur ayam, per 1 Mei telah diserahkan kepada 53.632 Keluarga Risiko Stunting (KRS). Program itu untuk mendukung upaya percepatan penurunan stunting di 2024 yang dicanangkan dapat mencapai 14 persen.
Mengenai situasi perberasan nasional ke depannya, Arief memberi atensi pada kesiapan stok cadangan pangan pemerintah (CPP) terutama beras.
“Untuk beras kita harus bersiap. Ini karena setelah Mei, proyeksi produksi dalam negeri kemungkinan akan mengalami depresiasi sampai akhir tahun, kecuali ada luas tanam yang lebih dari 1 hektar per bulannya," imbuhnya.
Dengan itu, lanjut Arief, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, stok CPP harus terus diperkokoh. Bapanas telah meminta Bulog untuk terus melakukan optimalisasi serapan produksi dalam negeri selama panen raya.
“Saat ini, bahkan Bulog terus melecut penyerapan sampai 30 ribu ton setara GKP per harinya. Kita patut dukung dan apresiasi itu," pungkas Arief.
Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, produksi beras nasional di April 2024 diperkirakan mencapai 5,53 juta ton dan di Mei 2024 berada di angka 3,19 juta ton. Selanjutnya pada Juni 2024 diperkirakan produksi beras mulai menurun menjadi 2,12 juta ton.
Baca juga: BPS catat inflasi pada Lebaran 2024 lebih rendah dari tahun-tahun lalu
Baca juga: Inflasi Jakarta capai 0,37 persen pada Maret 2024 dipicu oleh kenaikan harga beras
Berita Lainnya
Petinju Thailand Phongthep Homjui pertahankan sabuk kelas ringan super WBA Asia
30 November 2024 14:20 WIB
Kolaborasi masyarakat-pemerintah ciptakan destinasi wisata baru di Kotabaru
30 November 2024 14:13 WIB
Klasemen MotoGP 2024: Pembalap Francesco Bagnaia dekati Jorge Martin
30 November 2024 14:04 WIB
Badan kemanusiaan PBB: Pertikaian bahayakan warga Palestina di Jalur Gaza
30 November 2024 13:54 WIB
Ini lima perawatan kulit dasar yang bisa bantu manjakan kulit
30 November 2024 13:30 WIB
Pengamat: UMP 6,5 persen dapat membantu tingkatkan daya beli pekerja
30 November 2024 12:34 WIB
Film "Sampai Nanti, Hanna!" bakal tayang di bioskop Indonesia mulai 5 Desember
30 November 2024 12:27 WIB