Pekanbaru (Antarariau.com) - Cristian Angga Jumawan, seorang anak pedagang kecil berprestasi asal Kota Pekanbaru, Riau, yang bermimpi "menangkap" petir dengan pengembangan teknologi mutahir di masa depan.
Cita-cita tersebut tumbuh di dalam benak pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Pekanbaru tingkat akhir ini setelah menyaksikan daerah kelahirannya masih saja dilanda krisis energi listrik.
"Saya ingin kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan teknik mesin agar nanti bisa mewujudkan mimpi mengembangkan mesin penangkap petir yang kemudian digunakan sebagai sumber energi listrik. Dan ini akan saya salurkan ke seluruh daerah di Indonesia hingga tidak ada lagi krisis," kata Cristian.
Ketika itu, Selasa (29/4), dia bersama sembilan rekan sebaya tengah menjalani tes wawancara untuk memperebutkan juara I Program Darmasiswa Chevron (DCR) di dalam gedung Politeknik Caltex Riau (PCR).
DCR adalah program beasiswa yang diperuntukkan bagi pelajar berprestadi tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat di seluruh wilayah kabupaten/kota di Riau untuk anak bangsa melanjutkan kuliah di perguruan tinggi.
Program sosial pendidikan ini pertama kali diselenggarakan pada 2001, dan tahun ini telah memasuki usia ke 14 dengan jumlah penerima yang terus tumbuh setiap tahun, sesuai dengan perkembangan jumlah kabupaten/kota di Provinsi Riau.
Kali ini, Chevron menaikkan jumlah penerima beasiswa menjadi 101 orang, tahun sebelumnya masih berjumlah 60 orang. Mereka berasal dari berbagai daerah di Riau yang merupakan wilayah operasi perusahaan.
Pada tes akademik sebelumnya, Cristian berhasil meraih nilai tertinggi dengan poin mencapai 65 persen.
Anak pedagang ini mengalahkan sembilan orang pesaingnya yakni Rahmi Khalida dan Farhan Reza Gumay, Hairatunnisa, Kevin Fan, Chelvin Romaretho serta Fajri Al Furqan dari Pekanbaru, kemudian Arief Wicaksono dari Kabupaten Siak, Erica Chandra dari Kota Dumai, dan M Rafi Syahputra dari Kabupaten Kepulauan Meranti.
"Energi listrik saat ini menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat dan sudah saatnya kita memiliki sumber terbaharukan," katanya.
Upaya lainnya yang harusnya dilakukan oleh setiap orang adalah, dengan cara menghemat penggunaan sumber-sumber energi tersebut, dimulai dari hal-hal yang kecil.
"Seperti mematikan lampu diatas jam 22.00 WIB, kemudian menjaga ketersediaan air bersih yang menjadi pokok sumber kehidupan," kata Cristian.
Ketika selesai kuliah nanti, dia sangat mengharapkan pemerintah untuk bisa mendukung mimpi "manangkap" petir demi mewujudkan harapan tanah kelahiran terbebas dari krisis listrik berkepanjangan. ****