Jakarta (ANTARA) - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI memastikan keamanan sistem teknologi informasi (information technology/IT) milik perseroan dan tetap akan melakukan investigasi menyusul isu serangan ransomware.
VP Public Relations KAI Joni Martinus menegaskan bahwa sampai dengan saat ini belum ada bukti bahwa ada data KAI yang bocor seperti yang dinarasikan.
"Kami akan tetap melakukan investigasi secara mendalam untuk menelusuri isu tersebut," katanya dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Joni memastikan, selain keamanan seluruh data, seluruh sistem operasional IT, pembelian tiket online KAI, serta layanan Face Recognition Boarding Gate di semua stasiun masih berjalan dengan baik.
“Masyarakat juga tidak perlu khawatir dengan keamanan data pada fitur Face Recognition Boarding Gate yang dipergunakan oleh KAI, sebab KAI telah memiliki manajemen keamanan informasi yang baik,” tegasnya.
Joni menuturkan KAI sudah mengimplementasikan Sistem Manajemen Keamanan Informasi berstandar internasional ISO 27001 tentang Standardisasi Manajemen Keamanan Informasi.
Untuk langkah lebih lanjut, KAI akan bekerja sama dengan pihak berwajib mengusut kasus tersebut. KAI berkomitmen tidak akan tunduk akan kejahatan pemerasan ini.
"KAI secara berkala terus meningkatkan keamanan siber demi kenyamanan para pelanggan untuk tetap menggunakan jasa transportasi massal kereta api yang nyaman, aman dan tepat waktu," ujar Joni.
Sebelumnya dikabarkan bahwa data KAI bocor karena serangan ransomware. Data yang bocor itu meliputi data pribadi karyawan, penumpang, hingga data lain terkait perkeretaapian Indonesia.
Peretas meminta pemerintah memberikan tebusan sebesar 11,69 bitcoin atau sekitar Rp7,7 miliar agar bisa mengambil kembali data yang diretas.
Baca juga: PT KAI Divre 2 Sumatera Barat angkut 116.718 penumpang pada periode lebaran 2023
Baca juga: Terima PMN Rp3,2 triliun, KAI komitmen selesaikan proyek kereta cepat Jakarta Bandung