Situasi di Gaza, negosiator ingin perpanjang jeda kemanusiaan, Israel siap perang
Gaza/Tel Aviv (ANTARA) - Para perunding bekerja keras pada Jumat untuk memperbarui jeda pertempuran antara Israel dan Hamas di Gaza ketika pejabat senior Israel menegaskan kembali rencana untuk melanjutkan perang kecuali kelompok militan Palestina setuju melepaskan lebih banyak sandera.
Setelah dua perpanjangan waktu pada menit-menit terakhir, pihak yang bertikai pada Kamis (30/11) menandai hari ketujuh gencatan senjata yang dimediasi Qatar dengan pertukaran delapan sandera dan 30 tahanan Palestina serta masuknya lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang hancur.
Media The Wall Street Journal, mengutip para pejabat Mesir, mengatakan pada Jumat bahwa Israel dan Hamas telah sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata untuk hari kedelapan dalam sebuah kesepakatan yang akan melibatkan pembebasan lebih banyak sandera dengan imbalan tahanan asal Palestina.
Reuters tidak dapat segera mengonfirmasi laporan tersebut dan belum ada komentar langsung dari Israel atau Hamas.
Mark Regev, penasihat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel terbuka untuk melanjutkan gencatan senjata jika Hamas berkomitmen untuk melepaskan sandera lebih lanjut. Israel sebelumnya menetapkan pembebasan 10 sandera sehari sebagai jumlah minimum yang dapat diterima untuk menghentikan serangannya.
"Kami siap untuk segala kemungkinan… Tanpa itu, kami akan kembali berperang," katanya kepada CNN.
Sebelum gencatan senjata sebelumnya berakhir pada Kamis pagi, Hamas dan sekutunya, sayap bersenjata Jihad Islam Palestina, menyiagakan pejuang mereka untuk memulai kembali pertempuran.
Israel telah bertekad untuk memusnahkan Hamas, yang menguasai Gaza, sebagai tanggapan atas amukan kelompok militan tersebut pada 7 Oktober, ketika Israel mengatakan orang-orang bersenjata membunuh 1.200 orang dan menyandera 240 orang.
Israel membalas dengan pemboman hebat dan invasi darat. Otoritas kesehatan Palestina yang dipercaya PBB mengatakan lebih dari 15.000 warga Gaza tewas.
Ketika gencatan senjata pertama kali diberlakukan sepekan yang lalu, Israel sedang bersiap untuk mengalihkan fokus operasinya ke Gaza selatan setelah serangan tanpa henti selama tujuh minggu ke utara.
Dengan semakin sedikitnya perempuan dan anak-anak Israel yang ditahan, perpanjangan gencatan senjata memerlukan penetapan persyaratan baru bagi Hamas untuk membebaskan pria Israel, termasuk tentara.
Kelompok militan ini pada gilirannya bisa berupaya agar tahanan laki-laki Palestina diserahkan. Sejauh ini, tiga tahanan Palestina telah dibebaskan untuk setiap sandera Israel.
Salah satu perunding utama Qatar, diplomat karir Abdullah Al Sulaiti, yang membantu menengahi gencatan senjata melalui negosiasi maraton, mengakui dalam wawancara Reuters baru-baru ini tentang kemungkinan yang tidak pasti untuk menjaga agar baku tembak tidak berkobar.
"Pada awalnya saya pikir mencapai kesepakatan akan menjadi langkah tersulit," katanya dalam artikel yang untuk pertama kalinya merinci upaya di balik layar.
"Saya menyadari bahwa mempertahankan perjanjian itu sendiri juga sama menantangnya," tambahnya.
Baca juga: Presiden Palestina Mahmoud Abbas tolak wacana pemisahan Gaza dari wilayah Palestina
Baca juga: AS tolak gencatan senjata permanen, pilih perpanjangan jeda di Gaza
Sumber: Reuters
Setelah dua perpanjangan waktu pada menit-menit terakhir, pihak yang bertikai pada Kamis (30/11) menandai hari ketujuh gencatan senjata yang dimediasi Qatar dengan pertukaran delapan sandera dan 30 tahanan Palestina serta masuknya lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang hancur.
Media The Wall Street Journal, mengutip para pejabat Mesir, mengatakan pada Jumat bahwa Israel dan Hamas telah sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata untuk hari kedelapan dalam sebuah kesepakatan yang akan melibatkan pembebasan lebih banyak sandera dengan imbalan tahanan asal Palestina.
Reuters tidak dapat segera mengonfirmasi laporan tersebut dan belum ada komentar langsung dari Israel atau Hamas.
Mark Regev, penasihat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel terbuka untuk melanjutkan gencatan senjata jika Hamas berkomitmen untuk melepaskan sandera lebih lanjut. Israel sebelumnya menetapkan pembebasan 10 sandera sehari sebagai jumlah minimum yang dapat diterima untuk menghentikan serangannya.
"Kami siap untuk segala kemungkinan… Tanpa itu, kami akan kembali berperang," katanya kepada CNN.
Sebelum gencatan senjata sebelumnya berakhir pada Kamis pagi, Hamas dan sekutunya, sayap bersenjata Jihad Islam Palestina, menyiagakan pejuang mereka untuk memulai kembali pertempuran.
Israel telah bertekad untuk memusnahkan Hamas, yang menguasai Gaza, sebagai tanggapan atas amukan kelompok militan tersebut pada 7 Oktober, ketika Israel mengatakan orang-orang bersenjata membunuh 1.200 orang dan menyandera 240 orang.
Israel membalas dengan pemboman hebat dan invasi darat. Otoritas kesehatan Palestina yang dipercaya PBB mengatakan lebih dari 15.000 warga Gaza tewas.
Ketika gencatan senjata pertama kali diberlakukan sepekan yang lalu, Israel sedang bersiap untuk mengalihkan fokus operasinya ke Gaza selatan setelah serangan tanpa henti selama tujuh minggu ke utara.
Dengan semakin sedikitnya perempuan dan anak-anak Israel yang ditahan, perpanjangan gencatan senjata memerlukan penetapan persyaratan baru bagi Hamas untuk membebaskan pria Israel, termasuk tentara.
Kelompok militan ini pada gilirannya bisa berupaya agar tahanan laki-laki Palestina diserahkan. Sejauh ini, tiga tahanan Palestina telah dibebaskan untuk setiap sandera Israel.
Salah satu perunding utama Qatar, diplomat karir Abdullah Al Sulaiti, yang membantu menengahi gencatan senjata melalui negosiasi maraton, mengakui dalam wawancara Reuters baru-baru ini tentang kemungkinan yang tidak pasti untuk menjaga agar baku tembak tidak berkobar.
"Pada awalnya saya pikir mencapai kesepakatan akan menjadi langkah tersulit," katanya dalam artikel yang untuk pertama kalinya merinci upaya di balik layar.
"Saya menyadari bahwa mempertahankan perjanjian itu sendiri juga sama menantangnya," tambahnya.
Baca juga: Presiden Palestina Mahmoud Abbas tolak wacana pemisahan Gaza dari wilayah Palestina
Baca juga: AS tolak gencatan senjata permanen, pilih perpanjangan jeda di Gaza
Sumber: Reuters