PTPN V-RPN riset sistem sensorik tingkatkan produksi CPO di pabrik

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,PTPN

PTPN V-RPN riset sistem sensorik tingkatkan produksi CPO di pabrik

Seorang karyawan tengah memeriksa panel instrumen peralatan di pabrik kelapa sawit Sei Garo PTPN V. Dua anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara III Persero, PT Perkebunan Nusantara V dan PT Riset Perkebunan Nusantara tengah melaksanakan riset bersama bagian sensorik di stasiun digester untuk meningkatkan produktivitas CPO. (ANTARA/HO-PTPN V)

Pekanbaru (ANTARA) - Holding Perkebunan Nusantara III (Persero) melalui dua anak perusahaannya, PT Perkebunan Nusantara V dan PT Riset Perkebunan Nusantara berkolaborasi bersama mengembangkan sistem sensorik di pabrik kelapa sawit sebagai upaya untuk memaksimalkan produktivitas crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah.

Chief Executive Officer PT Perkebunan Nusantara V Jatmiko Santosa dalam keterangan tertulisnya di Pekanbaru, Selasa (10/10/2023) mengatakan penelitian tersebut berlangsung di salah satu pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN V Sei Garo, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

"Kami sangat bersyukur Holding Perkebunan Nusantara mempercayakan PTPN V dalam pelaksanaan riset bersama RPN. Bagi kami, riset ini sejalan dengan semangat transformasi dan digitalisasi serta penerapan IoT (internet of things) yang kami usung dalam kurun waktu empat tahun terakhir," kata Jatmiko.

Untuk diketahui bahwa riset PTPN V dan RPN yang berlangsung selama hampir setahun terakhir ini mengangkat tema tentang Optimasi Pengaturan Level Mass Passed to Digester Pada Stasiun Digester. Ia menjelaskan bahwa riset tersebut merupakan salah satu riset unggulan Holding Perkebunan yang dilaksanakan oleh PT RPN di PTPN V.

Dalam riset yang diproyeksikan rampung pada November 2023 mendatang itu, lanjut dia, diharapkan dapat menghasilkan paket teknologi yang mampu menekan losses atau potensi kehilangan serta meningkatkan produksi CPO pada saat pengolahan di stasiun digester.

Kepala Bagian Perencanaan, Sustainability, dan Teknologi Informasi PTPN V, Ifri Handi Lubis menambahkan bahwa stasiun digester sendiri merupakan salah satu stasiun yang krusial di pabrik kelapa sawit.

Stasiun ini, kata dia, berfungsi untuk melumatkan buah sawit sehingga memenuhi kondisi untuk di-press. Agar digester dapat bekerja secara maksimal, level buah di dalam digester harus dijaga setiap saat.

"Penelitian ini bertujuan untuk mengadopsi sistem level control otomatis pada stasiun digester guna menghasilkan proses produksi minyak kelapa sawit yang efektif dan

efisien," tuturnya.

"Dengan mengamati besarnya daya yang dibutuhkan oleh motor, proses pengaturan level dilakukan dengan mengaplikasikan penggunaan kill-switch pada motor dan komponen-komponennya lain yang terlibat untuk mengatur banyaknya buah yang keluar dan masuk dari kettle digester. Indikator keberhasilan dari percobaan ini diukur dengan parameter delay algoritma, wrong algoritma, lossed minyak, dan kualitas biji," lanjutnya merincikan.

Melalui penelitian ini, diharapkan stasiun digester menjadi lebih optimal yang berefek terhadap peningkatan produktivitas pabrik kelapa sawit.

Untuk selanjutnya, ia mengatakan dengan adanya penelitian ini, di masa mendatang berpotensi untuk dikembangkan menjadi paket teknologi yang dapat dikontrol dari jarak jauh menggunakan perangkat seperti telepon pintar.

"Jika terbukti riset ini efektif untuk menurunkan lossis CPO dan layak secara ekonomis, maka riset ini nantinya akan diterapkan di PKS PTPN Group lainnya," ujarnya.

PTPN V terus memperkuat program digitalisasi jelang dibentuknya sub holding Palm Co. Anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara III Persero tersebut kini dalam fase integrasi penuh digital melalui program E-Plantation dan ditargetkan rampung tahun 2023 ini.

Jatmiko mengatakan bahwa integrasi tersebut meliputi penerapan Geospatial Based, Internet of Things, enterprise resource planning (ERP Based), Mobile & Web Apps Based.

Menurt Jatmiko, digitalisasi merupakan hal yang tak dapat dihindarkan untuk tetap mampu bersaing dan menghadapi perubahan di masa mendatang.

"Bergerak menuju 4.0 adalah keniscayaan yang tak mungkin dihindarkan," demikian Jatmiko.