Jakarta (ANTARA) - Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong memprediksi rupiah menguat terbatas oleh koreksi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pascadata Purchasing Managers' Index (PMI) AS yang lebih lemah dari perkiraan.
"Data PMI manufaktur sebesar 47 (dengan) ekspektasi 49,3, service 51 dengan ekspektasi 52,2, (serta) composite 50,4 dengan ekspektasi 52," ujar dia ketika dihubungi di Jakarta, Kamis.
Lebih lanjut, investor disebut menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) siang nanti.
"Rapat diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, namun perhatian investor akan tertuju pada bagaimana respon Gubernur BI dan langkah yang akan dilakukan untuk menstabilkan volatilitas mata uang," ucap Lukman.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi menguat 0,25 persen atau 38 poin menjadi Rp15.257 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.295 per dolar AS.
Dolar mempertahankan penurunan tajam terhadap mata uang Asia pada Kamis, setelah data ekonomi global yang lebih lemah dari perkiraan memperkeruh prospek suku bunga dan mendorong turun imbal hasil AS menjelang simposium Jackson Hole Federal Reserve.
Imbal hasil (yield) obligasi AS tenor sepuluh tahun anjlok 13 basis poin menjadi 4,198 persen, penurunan satu hari tertajam dalam lebih dari tiga bulan, yang telah meredam kenaikan baru-baru ini.
Kata Ahli Strategi Mata Uang Commonwealth Bank of Australia Carol Kong, data yang lebih lemah dari perkiraan menyebabkan pasar mengurangi ekspektasi mereka terhadap kebijakan AS.
Baca juga: Nilai tukar rupiah menguat karena pergerakan positif indeks saham Asia
Baca juga: Gubernur BI Perry Warjiyo sebut rupiah adalah simbol kedaulatan RI