Analis ungkap penyebab nilai tukar Rupiah tertekan penguatan dolar AS

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, rupiah

Analis ungkap penyebab nilai tukar Rupiah tertekan penguatan dolar AS

Arsip foto - Petugas menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah di salah satu kantor cabang PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Jakarta, Selasa (31/1/2023). (ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom/pri)

Jakarta (ANTARA) - Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menyatakan Rupiah tertekan oleh penguatan dolar AS, usai Ketua Dewan Gubernur Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) Jerome Powell mengatakan kenaikan suku bunga oleh The Fed belum mendekati akhir.

"Testimoni kedua Powell lebih tegas dan hawkish. Investor melihat harapan untuk pelonggaran kebijakan tingkat suku bunga oleh bank-bank sentral semakin menjauh," ujar dia ketika ditanya Antara, Jakarta, Jumat.

Menurut dia, harapan investor yang semakin jauh terkait kebijakan tingkat suku bunga dikarenakan inflasi pada umumnya masih bertahan tinggi. "Adapun dalam kasus The Fed, mereka melihat inflasi inti yang menurun sangat pelan dan masih di atas 5 persen," ucapnya.

Selain itu, Lukman menilai adanya divergensi antara Bank Indonesia (BI) dengan bank sentral dunia lainnya yang kembali pada tren kenaikan suku bunga. "Hal ini akan terus membebani Rupiah, saya lihat dalam waktu dekat ini rupiah masih akan berkisar di Rp15 ribu," ungkap Lukman.

Rupiah pada pembukaan perdagangan Jumat pagi yang melemah 51 poin atau 0,34 menjadi Rp14.992 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.941 per dolar AS.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan keputusan mempertahankan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Juni pada level 5,75 persen untuk memastikan inflasi tetap terkendali.

Selain itu suku bunga deposit facility dan lending facility juga tetap dipertahankan masing-masing sebesar 5,75 persen dan 6,5 persen.

"Keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2 persen sampai 4 persen pada sisa tahun 2023 dan tahun 2024," kata Perry dalam konferensi pers RDG BI bulan Juni di Jakarta, Kamis (23/6).

Baca juga: Rupiah berbalik menguat hari ini seiring penantian testimoni Gubernur The Fed

Baca juga: Analis: Nilai tukar rupiah pada posisi Rp15 ribu per dolar AS tak ancam ekonomi