Kepala IAEA: Situasi di PLTN Zaporizhzhia di Ukraina rentan dan berbahaya

id Berita hari ini,berita rau antara, PLTTN,Ukraina

Kepala IAEA: Situasi di PLTN Zaporizhzhia di Ukraina rentan dan berbahaya

"Kita beruntung kecelakaan nuklir belum terjadi ... kita sedang berspekulasi dan jika hal ini terus berlanjut, maka suatu hari keberuntungan kita akan habis," demikian diperingatkan oleh Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi. (AEA Rafael Grossi.)

J (ANTARA) - Situasi keamanan dan keselamatan nuklir diembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina masih sangat rentan dan berbahaya, demikian diungkapkan oleh kepala Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) pada Selasa (30/5).

"Aktivitas militer terus berlanjut di area tersebut dan kemungkinan akan meningkat secara signifikan dalam waktu dekat," kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi dalam sebuah sesi pengarahan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

PLTN itu telah beroperasi dengan jumlah staf yang berkurang secara signifikan, yang meski sedang berhenti beroperasi untuk sementara waktu, sifatnya tidak berkelanjutan, ujarnya.

PLTN itu sudah tujuh kali mengalami insiden terputusnya seluruh aliran listrik off-site dan harus bergantung pada generator diesel darurat, yang merupakan pertahanan terakhir terhadap kecelakaan nuklir, untuk memfasilitasi pendinginan yang esensial bagi reaktor dan bahan bakar yang telah digunakan. Insiden terbaru, atau yang ketujuh, terjadi sepekan lalu, kata Grossi.

"Kita beruntung kecelakaan nuklir belum terjadi ... kita sedang berspekulasi dan jika hal ini terus berlanjut, maka suatu hari keberuntungan kita akan habis," demikian dia memperingatkan.

"Jadi, kita semua harus mengerahkan segala upaya untuk meminimalkan kemungkinan hal itu terjadi," kata Grossi.

Kepala IAEA itu memaparkan "prinsip-prinsip konkret" baru yang menurutnya sangat penting untuk menghindari ancaman insiden destruktif di PLTN Zaporizhzhia.

Tidak boleh ada serangan dalam bentuk apa pun dari atau terhadap PLTN tersebut, khususnya yang menyasar reaktor, tempat penyimpanan bahan bakar yang sudah digunakan, serta personel atau infrastruktur krusial lainnya, katanya.

Zaporizhzhia tidak boleh digunakan sebagai tempat penyimpanan atau basis untuk senjata berat atau personel militer yang dapat dimanfaatkan untuk melancarkan serangan dari PLTN itu, dan aliran listrik off-site ke PLTN itu tidak boleh berada dalam keadaan terancam, imbuhnya.

Semua struktur, sistem, dan komponen penting untuk pengoperasian yang aman dan terjamin di PLTN Zaporizhzhia harus dilindungi dari serangan atau aksi sabotase, kata Grossi.

Baca juga: Aspebindo dorong pemerintah Indonesia untuk fasilitasi investasi PLTN di Indonesia

Baca juga: Pemerinta Jepang pertimbangkan perpanjang masa operasi PLTN berusia 60 tahun