Joe Biden peringatkan konsekuensi buruk jika terjadi gagal bayar utang

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, Biden

Joe Biden peringatkan konsekuensi buruk jika terjadi gagal bayar utang

Presiden Joe Biden mengatakan bahwa ekonomi AS akan jatuh ke dalam resesi dengan 8 juta warga AS kehilangan pekerjaan, dan reputasi internasionalnya akan rusak secara ekstrem jika terjadi gagal bayar utang.

New York City (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan konsekuensi buruk dari kemungkinan gagal membayar kewajiban utang (default) oleh pemerintah AS paling cepat pada 1 Juni.

Berbicara di SUNY Westchester Community College di New York pada Rabu (10/5), Biden mengatakan bahwa ekonomi AS akan jatuh ke dalam resesi dengan 8 juta warga AS kehilangan pekerjaan, dan reputasi internasionalnya akan rusak secara ekstrem jika terjadi gagal bayar utang.

"Jika kita gagal membayar utang, seluruh dunia berada dalam masalah," kata Biden.

Warga Amerika Serikat akan menghadapi suku bunga yang lebih tinggi untuk kartu kredit, pinjaman mobil, hipotek, dan pembayaran untuk jaminan sosial, Medicare, tentara, dan veteran seluruhnya dapat dihentikan atau ditunda, ujar Biden.

Sebelumnya, Biden yang merupakan anggota Demokrat moderat menyalahkan "MAGA Republicans", yakni pendukung Trump, di Kongres atas "krisis yang dibuat-buat," dengan mengatakan bahwa kemampuan AS dalam membayar tagihan-tagihannya tidak perlu dipertanyakan lagi.

Biden dan para pemimpin Kongres akan kembali bertemu pada Jumat (12/5) untuk menegosiasikan anggaran tahun fiskal 2024, yang berkaitan dengan isu plafon utang.

Pertemuan pertama antara Biden dan empat pemimpin Kongres pada Selasa (9/5) gagal menghasilkan kemajuan berarti.

Partai Demokrat dan Partai Republik masih bersaing demi kepentingan partainya sebelum pertarungan sengit yang diprediksi terjadi dalam beberapa pekan mendatang.

Pada Januari, AS mencapai batas utang 31,4 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp14.759), yang ditetapkan pada Desember 2021. Hal ini mendorong Departemen Keuangan AS untuk menggunakan manuver akuntansi yang dikenal sebagai "tindakan luar biasa" guna menjaga agar pemerintah tetap membayar tagihannya, seperti membatasi investasi pemerintah tertentu.

Baca juga: NYT: Skenario terburuk akan terjadi jika Joe Biden abaikan plafon utang

Baca juga: Joe Biden peringatkan serangan nuklir Korut akan jadi akhir rezim Pyongyang