Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Senin sore, karena kekhawatiran resesi di Amerika Serikat yang mendorong harga turun selama tiga minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak November, mulai surut.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 43 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 75,73 dolar AS per barel pada pukul 06.24 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 45 sen, juga 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 71,79 dolar AS per barel.
"Rebound minyak mengikuti kembalinya saham-saham energi di Wall Street Jumat (5/5/2023) lalu setelah AS melaporkan data pekerjaan yang kuat, yang meredakan kekhawatiran tentang resesi ekonomi akan segera terjadi dan menyebabkan aksi jual di awal pekan," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.
Kekhawatiran bahwa krisis perbankan AS akan memperlambat ekonomi dan melemahkan permintaan bahan bakar di negara konsumen minyak terbesar di dunia itu menekan harga acuan Brent jatuh 5,3 persen minggu lalu, sementara WTI anjlok 7,1 persen.
Namun laporan pekerjaan AS yang sehat untuk April, dolar yang lebih lemah, dan ekspektasi pemotongan pasokan pada pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, pada Juni, membantu harga acuan rebound masing-masing sekitar 4,0 persen pada Jumat (5/5/2023).
"Harga minyak mentah mencoba untuk stabil karena pedagang energi menunggu untuk melihat apakah OPEC+ mungkin harus memberi sinyal bahwa mereka bersedia mengurangi produksi lebih jauh," kata Edward Moya, seorang analis di OANDA.
Analis Goldman Sachs mengatakan dalam sebuah catatan pada Sabtu (6/5/2023) bahwa kekhawatiran atas permintaan jangka pendek karena tekanan pada sistem perbankan AS dan perlambatan industri, serta peningkatan pasokan global karena kepatuhan terbatas pada pemotongan OPEC+ "berlebihan".
Bank investasi itu mempertahankan perkiraan harga Brent sebesar 95 per barel pada Desember dan 100 dolar pada April. Sementara itu, analis ANZ Research mengatakan mereka percaya bahwa fokus pasar sekarang akan beralih dari masalah ekonomi ke pengetatan pasokan minyak.
Amerika Serikat diperkirakan akan melaporkan angka inflasi harga konsumen untuk April pada Rabu (10/5/2023), yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang pergerakan suku bunga di tengah ekspektasi luas bahwa Federal Reserve AS akan menghentikan kenaikan suku bunga.
Pedagang minggu ini juga akan mengamati dengan cermat indikator ekonomi China termasuk angka perdagangan, inflasi, pinjaman dan jumlah uang beredar untuk April, karena pelaku pasar terus mengukur pemulihan ekonomi di konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu.
"Harga minyak mentah mungkin terus mengalami rebound," kata Teng dari CMC Markets.
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB