Pengamat budaya ungkap tradisi berkirim parsel memang sudah ada sejak lama

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, parsel

Pengamat budaya ungkap tradisi berkirim parsel memang sudah ada sejak lama

Perajin menghias bingkisan Lebaran buatannya yang berisi peralatan shalat sebelum dijual melalui pasar daring di rumah produksi Dari.Ind Hampers di Lowokwaru, Malang, Jawa Timur, Senin (3/4/2023). Menurut perajin penjualan bingkisan Lebaran di pasar daring sejak awal bulan Ramadhan meningkat dari kisaran 20 transaksi menjadi sekitar 30 transaksi per hari dan dijual dengan harga Rp50 ribu hingga Rp150 ribu per paket. (ANTARA FOTO/ARI BOWO SUCIPTO)

Jakarta (ANTARA) - Pengamat budaya dari Universitas Indonesia Prof. Dr. Agus Aris Munandar, M.Hum mengungkapkan bahwa tradisi berkirim parsel sudah ada sejak lama, tidak lepas dari kebudayaan Indonesia di masa lampau.

“Tradisi memberi sesuatu bermula dari persembahan kepada Adikodrati (religi prasejarah),” kata Agus dalam pesan singkat kepada ANTARA, Rabu (19/4) malam.

Menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran, masyarakat Indonesia tidak asing dengan tradisi berkirim parsel. Parsel Lebaran biasanya berisi berbagai macam makanan atau barang rumah tangga yang dikemas menarik untuk dikirim ke keluarga, kolega bisnis dan orang terdekat lainnya.

Beberapa tahun belakangan ini, istilah hampers lebih sering digunakan dan memiliki padanan yang mirip, yaitu bingkisan yang berisi berbagai hadiah.

Agus menjelaskan kelompok masyarakat Indonesia pada masa prasejarah memiliki budaya yang sederhana, cara berpikir individu-individu di dalamnya tidak atau belum terlepas dari alam Adikodrati dan segala bentuk kekuatan Ilahi. Kekuasaan tertinggi terletak pada Adikodrati, yang dianggap sebagai pengatur jalannya kehidupan.

Oleh karena itu, masyarakat pada zaman itu selalu bersikap hormat untuk menjaga keselarasan kehidupan melalui sikap bijaksana dan religius. Sikap religius itu diwujudkan dalam bentuk konsep pemberian dalam masyarakat, misalnya dana religi atau uang yang sengaja disisihkan untuk kegiatan keagamaan, sumbangan upacara keagamaan, sedekah, dan hadiah.

Seiring berjalannya waktu, konsep pemberian dalam masyarakat semakin berkembang ke arah sisi sosial. Pada bagian itu, konsep pemberian memiliki beberapa bentuk, yaitu upeti atau pajak (bersifat wajib dan digunakan untuk kepentingan bersama), potlatch (upacara pemberian hadiah), penghargaan hingga oleh-oleh.

"(Tradisi memberi sesuatu) kemudian berkembang dengan bermacam fungsinya kepada sesama manusia, terutama dalam pergaulan sosial," ujar Agus.

Pemberian parsel sebagai tradisi di Indonesia menjadi penting, terutama karena fungsi sosial di dalamnya. Agus menjelaskan hamper digunakan sebagai tanda keakraban, persaudaraan, mempererat tali silaturahmi, dan lainnya.

Seiring berjalannya waktu, tradisi berkirim parsel menjadi suatu hal yang wajar diberikan oleh siapa pun, terutama saat hari spesial seperti Lebaran. Biasanya, pemberian parsel dilengkapi dengan kartu ucapan untuk menyampaikan maksud pengirimannya agar memberikan kesan yang lebih personal.

Baca juga: Pekanbaru terbitkan larangan terima bingkisan Lebaran

Baca juga: Pesanan hantaran Lebaran di Pekanbaru masih sepi akibat pandemi