Petani lokal mampu produksi 27 persen kebutuhan beras di Meranti

id DKPP Meranti ,Kadis Ketahanan Pangan Meranti Ifwandi ,Produksi beras ,Gabah kering

Petani lokal mampu produksi 27 persen kebutuhan beras di Meranti

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Kepulauan Meranti, Ifwandi. (ANTARA/Rahmat Santoso)

Selatpanjang (ANTARA) - Petani lokal di Kabupaten Kepulauan Meranti hanya baru mampu memproduksi beras sebanyak 6.000 ton atau sekitar 27 persen dari kebutuhan masyarakat sebesar 22.000 ton per tahunnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kepulauan Meranti, Ifwandi mengatakan produksi beras dari petani lokal berdasarkan luasan lahan sawah yang ditanam padi.

Ia menyebutkan, ada sekitar 3.000 hektare sawah di seluruh Kepulauan Meranti yang digarap. Dalam satu hektare itu mampu menghasilkan lebih kurang 3,5 hingga 4 ton gabah kering dalam sekali panen.

"Hasil produksi (gabah) kita masih rendah dalam sekali panen. Jadi didapatlah hasil produksinya itu sekitar 10.000 ton gabah kering lebih dari luasan lahan sawah 3.000 hektare," kata Ifwandi ketika ditemui ANTARA, Senin.

Lanjut dia, 10.000 ton gabah kering yang dihasilkan hanya dapat dikonversikan menjadi beras sebanyak 60 persen atau 6.000 ton. Untuk mencukupi kebutuhan beras di Meranti, petani hanya mampu memenuhi 27 persen saja dari 22.000 ton beras yang dibutuhkan dalam per tahunnya.

"Kebutuhan (beras) kita di Meranti itu mencapai 22.000 ton per tahun, jadi masih ada kekurangan sekitar 16.000 ton lagi. Supaya kita tidak kekurangan pangan, maka sisa 16.000 ton beras itu dipasok dari luar daerah," jelas Ifwandi.

Ia juga merincikan, daerah produksi beras di Kepulauan Meranti tersebar di 7 kecamatan. Kecamatan itu antara lain yakni, Rangsang Barat, Rangsang Pesisir, Rangsang, Pulau Merbau, Merbau, Tasik Putripuyu dan Tebingtinggi Timur.

"Ada 7 kecamatan, tapi daerah yang memiliki produksi beras terbesar ada di Rangsang Barat dan Rangsang Pesisir," jelasnya.

Saat ini, DKPP terus mendorong kepada para petani lokal supaya bisa menanam dua kali setahun. Artinya, dengan menanam dua kali setahun dalam luas lahan 3.000 hektar, maka akan ada 20.000 ton gabah kering yang dihasilkan.

"Kalau dikonversikan ke beras, ada sekitar 12.000 ton. Itu pun sebenarnya kita masih kekurangan juga," ucapnya.

Ia mengaku untuk menggalak masyarakat menanam dua kali tanam ini juga terdapat kendala, salah satunya adalah tanggul pengaman yang belum maksimal. Menurutnya, tanggul pengaman sangat diperlukan karena posisi lahan sawah di Meranti berada dekat dengan pesisir pantai.

"Berhubung di daerah kita daratan rendah sehingga rawan kebanjiran. Jika tanggul pengaman itu dalam kondisi yang baik, maka penanaman padi kita akan aman," bebernya.

Di sisi lain, kewenangan pekerjaan tanggul ini tidak lagi berada di DKPP, melainkan Dinas PUPR. Meski begitu, pihaknya berharap pembangunan tanggul pengaman ini bisa sesegera mungkin dilaksanakan.

"Untuk pembangunan tanggul ini kita rutin melakukan koordinasi ke provinsi melalui Dinas PUPR. Sebelumnya kita juga sudah mengusulkan ke Dinas PUPR, tinggal mereka saja yang berkoordinasi ke provinsi untuk merealisasikannya," tambah Kepala DKPP Kepulauan Meranti itu.