Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Senin, melemah usai rilis kenaikan data inflasi terkait Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Amerika Serikat (AS).
Rupiah pada Senin pagi turun 24 poin atau 0,16 persen ke posisi Rp15.252 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.228 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin, mengatakan potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka hari ini karena kemungkinan Bank Sentral AS atau The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya lebih agresif pada rapat berikutnya di pertengahan Maret 2023.
"Ekspektasi ini dipicu oleh rilis data indikator inflasi AS - Core PCE bulan Januari Jumat malam yang hasilnya menunjukkan kenaikan melebihi kenaikan bulan sebelumnya," kata Ariston.
Departemen Perdagangan AS melaporkan Jumat (24/2/2023) bahwa Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS tidak termasuk makanan dan energi yang disebut Indeks PCE inti naik 0,6 persen bulan ke bulan dan 4,7 persen tahun ke tahun pada Januari. Pasar telah memperkirakan pembacaan masing-masing di 0,5 persen dan 4,4 persen.
Data inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga oleh The Fed akan berlanjut, mendukung dolar AS menguat dan imbal hasil imbal hasil obligasi pemerintah AS naik.
Ariston menuturkan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS masih menunjukkan tren kenaikan yang artinya pasar masih berekspektasi tingkat suku bunga acuan AS akan kembali naik.
Ia memprediksi pelemahan rupiah bergerak ke arah Rp15.250 per dolar AS, dengan potensi tertahan di kisaran Rp15.190 per dolar AS.
Sementara itu, fundamental ekonomi Indonesia yang cukup baik dengan aktivitas ekonomi yang kembali meningkat memberikan persepsi positif bagi pelaku pasar sehingga bisa menjadi faktor positif untuk mendukung agar rupiah tidak melemah terlalu dalam.
Bank Indonesia (BI) melaporkan neraca pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus Rp 4,7 miliar dolar AS pada triwulan IV 2022, meningkat dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang tercatat defisit 1,3 miliar dolar.
Kinerja NPI triwulan IV 2022 tersebut ditopang oleh surplus transaksi berjalan yang tinggi dan perbaikan defisit transaksi modal dan finansial.
Transaksi berjalan kembali mencatat surplus sebesar 4,3 miliar dolar AS atau 1,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), melanjutkan capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 4,5 miliar dolar AS.
Kinerja transaksi berjalan tersebut bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas yang terjaga, didukung oleh harga komoditas ekspor yang tetap tinggi.
Pada Jumat (24/3) rupiah ditutup melemah 36 poin atau 0,23 persen ke posisi Rp15.228 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.192 per dolar AS.
Baca juga: Nilai tukar rupiah merosot di tengah inflasi AS yang masih jauh dari target
Baca juga: Rupiah hari ini melemah dipicu membaiknya data ekonomi AS
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB