Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Senin (9/1) mendesak masyarakat internasional untuk menegaskan kembali solidaritas dengan Pakistan dan mendukung pembangunan kembali negara itu setelah dilanda banjir dahsyat pada musim panas tahun lalu.
Diselenggarakan bersama oleh pemerintah Pakistan dan PBB, Konferensi Internasional tentang Ketahanan Iklim Pakistan berlangsung di Jenewa pada Senin.
"Jika ada keraguan tentang kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim, pergilah ke Pakistan," kata Guterres.
"Di sana ada kerugian. Ada kerusakan, dan Anda akan melihat masa depan kita bersama," katanya dalam konferensi pers usai menyampaikan pidato pada konferensi itu.
Pada musim panas 2022, kombinasi hujan lebat dan luapan sungai, banjir di perkotaan, dan banjir bandang memicu bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya di Pakistan. Batas pemanasan 1,5 derajat Celsius, yang disepakati secara universal sebagai satu-satunya cara untuk melindungi planet ini dan masa depan, semakin mustahil untuk dicapai, kata Guterres kepada awak media.
Menurut data resmi, bencana tersebut berdampak terhadap 33 juta penduduk, dengan lebih dari 1.730 korban tewas dan 2 juta unit rumah rusak. Ribuan sekolah dan rumah sakit juga rusak atau hancur.
Tingkat kemiskinan di Pakistan diperkirakan akan terus meningkat, menyeret 9,1 juta penduduknya ke bawah garis kemiskinan.
"Asia Selatan adalah salah satu pusat krisis iklim di dunia. Kemungkinan penduduk di kawasan ini untuk tewas akibat dampak iklim 15 kali lebih tinggi dibanding penduduk di kawasan lain," kata Guterres.
Batas pemanasan 1,5 derajat Celsius, yang disepakati secara universal sebagai satu-satunya cara untuk melindungi planet ini dan masa depan, semakin mustahil untuk dicapai, kata Guterres kepada awak media
Sementara itu, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengatakan dalam konferensi pers pada Senin yang sama bahwa pemerintahnya telah menyiapkan rencana kerangka kerja komprehensif untuk Pemulihan, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi yang Kuat (Resilient Recovery, Rehabilitation and Reconstruction/4RF).
"Bagian pertama dari rencana 4RF mencerminkan prioritas untuk pemulihan dan rekonstruksi, dengan mempertimbangkan persyaratan pendanaan minimum sebesar 16,3 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.574), yang separuhnya diusulkan untuk dipenuhi dari sumber daya dalam negeri, sementara sisanya dari mitra pembangunan kami," kata Sharif.
Berita Lainnya
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB
NBA bersama NBPA hadirkan format baru untuk laga All-Star 2025
19 December 2024 16:16 WIB
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB
Mengapa tidur menggunakan lensa kontak dapat bahayakan mata, begini penjelasannya
19 December 2024 13:25 WIB