Stabilitas sektor pariwisata Indonesia bertumpu pada kolaborasi

id Berita hari ini,berita riau terbaru, berita riau antara, kolaborasi

Stabilitas sektor pariwisata Indonesia bertumpu pada kolaborasi

Sejumlah bus listrik untuk transportasi G20 diuji coba di kawasan ITDC Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (2/11/2022). Sebanyak 30 unit bus listrik berwarna merah dengan bertuliskan "G20 Indonesia" pada badan bus tersebut menjadi kendaraan antarjemput bagi delegasi selama acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali yang rencananya mulai digunakan pada 11-17 November 2022. (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/foc.)

Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Ari Respati mengatakan, stabilitas sektor pariwisata setelah pandemi dan tantangan global dapat tercapai dengan adanya kolaborasi dari pihak-pihak terkait dalam ekosistem tersebut.

“Tantangan terbesar beberapa waktu terakhir adalah momen yang kondisinya termasuk yang terburuk dan mengangkatnya kembali pun tidak mudah, karena insan pariwisata terdampak. Tahun 2020, satu-satu (pelaku pariwisata) mulai kehilangan tamu, karyawan juga terpaksa dilakukan efisiensi,” kata Ari,di Jakarta, Rabu.

"Pertama yang dilakukan adalah dengan menciptakan stabilitas, dan stabilitas itu tidak akan bisa berhasil kalau tidak dibantu oleh kolaborasi," ujarnya menambahkan.

Lebih lanjut, Ari mengatakan pihaknya selaku BUMN pengembang dan pengelola kawasan pariwisata di Indonesia berusaha untuk menciptakan stabilitas dengan membuka pintu kepada berbagai pihak.

Tak hanya dengan para pelaku pariwisata dan pemerintah, ITDC juga mengajak pihak perbankan hingga platform digital untuk menghidupkan kembali destinasi-destinasi wisata yang terdampak pandemi.

"Misalnya Bali Collection, yang dulunya menjadi poros ekonomi Nusa Dua. Untuk menghidupkan kembali, kolaborasi dalam membangkitkan pariwisata itu nyata,” ucap Ari.

Bagi Ari, pariwisata menghasilkan konektivitas. Pariwisata terhubung dengan tamu, pemilik atau investor, karyawan, masyarakat sekitar, dan pemerintah.

"Bicara ‘bangkit’ bukan cuma soal ‘bounce back.’ Kalau tidak ada konektivitas dari pihak-pihak tersebut, maka (kemajuan) tidak akan terjadi. Semuanya harus linked and balanced,” katanya.

Ari melanjutkan, ITDC yang menaungi Nusa Dua, Bali; Mandalika, Nusa Tenggara Barat, dan Tana Mori, Labuan Bajo pun kini telah terlibat dengan sejumlah acara internasional seperti Presidensi G20, MotoGP Mandalika, dan World Superbike (WSBK) Mandalika.

"Yang utama adalah membuka diri dengan siapa pun itu. Dan yang paling penting adalah orang-orang di sekitarnya (destinasi wisata) juga ikut merasakan dampak dari kolaborasi tersebut. Kami terus upayakan event untuk ekonomi yang berkelanjutan dan dirasakan dampaknya,” ujarnya.

Baca juga: Menteri BUMN Erick Thohir sebut tahun depan Lampung jadi pusat pariwisata nasional

Baca juga: Sandiaga Uno harap Arab Saudi investasi di bidang infrastruktur pariwisata