Harga minyak di perdagangan Asia naik lagi, pasar khawatir pasokan AS & harapan China

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,minyak

Harga minyak di perdagangan Asia naik lagi, pasar khawatir pasokan AS & harapan China

Ilustrasi - Anjungan minyak lepas pantai di Huntington Beach, California, Amerika Serikat. (ANTARA/REUTERS/Lucy Nicholson/aa)

Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik untuk hari kedua di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, karena jalur pipa utama yang memasok Amerika Serikat (AS), konsumen minyak mentah terbesar dunia, tetap tutup dan ekspektasi pelonggaran pembatasan COVID di China, pengguna terbesar kedua secara global, akan meningkatkan permintaan.

Harga minyak mentah berjangka Brent terangkat 64 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 78,63 dolar AS per barel pada pukul 02.02 GMT. Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik 64 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 73,81 dolar AS.

Penutupan pipa minyak Keystone milik TC Energy yang mengirimkan sekitar 620.000 barel per hari minyak mentah Kanada dari Alberta ke Amerika Serikat, telah memperketat pasokan dan meningkatkan prospek persediaan di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma akan menurun. Cushing juga merupakan titik pengiriman untuk kontrak berjangka minyak mentah WTI.

Keystone tetap tutup sejak kebocoran 14.000 barel di negara bagian Kansas AS dilaporkan pada 7 Desember. TC Energy belum merilis garis waktu untuk memulai kembali jalur tersebut, yang membawa minyak mentah ke kilang di Midwest dan Gulf Coast.

Perkiraannya adalah bahwa penutupan pipa akan menyebabkan persediaan minyak mentah AS menurun. Tujuh analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan, rata-rata, stok turun 3,9 juta barel dalam sepekan hingga 9 Desember.

Jajak pendapat dilakukan menjelang laporan dari American Petroleum Institute (API) pada Selasa, dan Badan Informasi Energi AS, cabang statistik dari Departemen Energi AS, yang akan dirilis pada Rabu (14/12/2022).

Analis dari Bank of America memperkirakan bahwa pembukaan kembali ekonomi yang sukses di China dari pembatasan COVID-19, dikombinasikan dengan perubahan arah dovish oleh Federal Reserve (Fed) AS pada kenaikan suku bunga, dapat meningkatkan permintaan bahan bakar dan mendorong harga minyak Brent di atas 90 dolar AS per barel.