BRIN ciptakan inovasi pangan lokal untuk percepat penurunan angka stunting di Indonesia

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, stunting

BRIN ciptakan inovasi pangan lokal untuk percepat penurunan angka stunting di Indonesia

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko (kanan) bersama Plt. Kepala BAPETEN Sugeng Sumbarjo (kiri) mengikuti Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (22/9/2022). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.)

Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menciptakan inovasi pangan lokal untuk mendorong diversifikasi konsumsi pangan dengan gizi berimbang dan mendukung percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.

"BRIN mendorong diversifikasi konsumsi pangan dengan gizi berimbang mengikuti pergeseran pola konsumsi masyarakat, misalnya melalui diversifikasi sumber pangan dari bahan lokal seperti mi berbahan baku singkong dan jagung," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Handoko mengatakan diversifikasi pangan berbahan lokal tersebut juga akan meningkatkan kedaulatan pangan secara nasional di tengah fluktuasi harga komoditas dunia.

Untuk itu, Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG) BRIN telah melakukan penelitian dengan memanfaatkan potensi bahan pangan lokal untuk intervensi gizi spesifik yang dapat berkontribusi terhadap percepatan penurunan angka stunting.

Peneliti PRTTG BRIN, Ainia Herminiati menuturkan pengembangan inovasi pangan lokal dilakukan melalui proses suplementasi, fortifikasi, dan pengayaan.

Adapun inovasi pangan lokal yang dikembangkan BRIN adalah jagung bose instan yang difortifikasi dengan zat besi dan suplementasi kacang merah sebagai sumber protein.

BRIN menciptakan bubur dan puding instan sebagai makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dengan menggunakan bahan baku tepung mocaf sebagai sumber karbohidrat.

Produk pangan lain yang juga bermanfaat untuk mendukung penurunan angka stunting di Tanah Air adalah produk dari mocaf yang difortifikasi vitamin dan mineral menjadi mi kering, pasta, biskuit, dan makanan ringan.

BRIN juga melakukan pengembangan produk dari sorgum yang diperkaya sumber protein dari tepung kacang hijau, kacang merah, dan kacang kedelai menjadi bubur instan.

BRIN memanfaatkan daun kelor untuk membuat produk biskuit, minuman instan, dan rowe kelor. Daun kelor mengandung, antara lain zat besi, vitamin dan mineral seperti vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin E, kalsium, dan magnesium.

Selain itu, BRIN juga mengembangkan produk olahan dari pisang, di antaranya tepung pisang, banana flake dan banana bar yang dapat dikonsumsi oleh anak di bawah lima tahun (balita).

Baca juga: BKKBN Perwakilan Riau gandeng ICA tingkatkan gizi anak stunting

Baca juga: Bupati sebut program GSH bantu masyarakat sadar bahaya stunting